Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Lama Sulit Tersalur, Penyerapan Beras Bulog Bisa Terganggu

Bulog diperkirakan bakal terkendala kala menjalankan tugas penyerapan beras petani jika stok lama ini tak kunjung dilepas dari gudang.
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja Perum Bulog di sisi hulu diperkirakan bakal terpengaruh oleh ketidakpastian dalam penyaluran stok beras yang dikelola oleh perusahaan pelat merah tersebut.

Target pengadaan beras dengan menyerap panen petani berpotensi melanjutkan tren penurunan seperti dua tahun terakhir.

Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan Pusat Khudori mengemukakan 900.000 ton beras eks-impor yang masih tersimpan di gudang Bulog setidaknya telah mencapai usia 1,5 tahun. Durasi tersebut dinilainya bukanlah masa yang pendek.

Menurutnya, beras dengan kualitas baik sekalipun tetap memiliki kerentanan penurunan kualitas jika telah melalui masa penyimpanan yang lama.

"Beras impor mulai masuk setidaknya pada Maret 2018 silam. Kalau dihitung-hitung usianya sudah 1,5 tahun. Ini sudah lama, beras sendiri ketahanannya tergantung kualitas dan bagaimana sistem penyimpanannya," kata Khudori kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Dia pun meramalkan perusahaan pelat merah tersebut bakal terkendala kala menjalankan tugas penyerapan beras petani jika stok lama ini tak kunjung dilepas dari gudang. Selain membebani biaya pengelolaan, ancaman turun mutu bisa pula mengakibatkan kerugian materiel karena Bulog harus menjualnya di bawah harga pembelian.

"Biaya untuk mengelola stok tidaklah murah. Perlu dipastikan barang ini keluar karena berpotensi rusak seiring berjalannya waktu. Jika tidak, hal ini bakal berat bagi Bulog dan berimbas pada penugasan di hulu seperti pembelian beras petani," tuturnya.

Namun tak maksimalnya penyerapan beras petani tak serta-merta menjadi kesalahan Bulog. Menurut Khudori, besar kecilnya volume pengadaan akan sangat tergantung pada penugasan di sisi hilir atau bagaimana amanat penyaluran beras yang diterima Bulog.

Seiring diterapkannya bantuan pangan non tunai (BPNT) sebagai pengganti bantuan sosial beras sejahtera, pengadaan beras Bulog tercatat terus mengalami penyusutan sejak 2017. Khudori mengatakan hal ini sejalan dengan terbatasnya ruang Bulog dalam menyalurkan stok beras yang telah diserap.

Pada 2016 misalnya, Bulog tercatat berhasil menyerap 2,96 juta ton beras. Jumlah ini perlahan susut menjadi 2,16 juta ton pada 2017, 1,44 juta ton pada 2018, dan 1,19 juta ton pada 2019.

Pada saat yang sama, penyaluran beras Bulog melalui beras miskin (Raskin) dan beras sejahtera (Rastra) pun terus berkurang. Jika pada 2016 Bulog bisa mendistribusikan 2,78 juta ton beras, pada 2018 volume beras yang disalurkan hanya 1,20 juta ton dan per November 2019 hanya berjumlah 351.847 ton.

Pemerintah selaku pemberi tugas dinilai Khudori perlu bertanggung jawab mengurai permasalahan yang berkelindan di tubuh Bulog. Dalam hal pengadaan misalnya, alih-alih membiarkan Bulog melakukan pembelian beras dengan modal hasil pinjaman bank berbunga komersial, pemerintah seharusnya menyediakan anggaran. Selain itu, pemerintah pun perlu memberi kepastian bagi Bulog dalam hal penyediaan kanal-kanal penyaluran.

"Menurut saya pemerintah tidak bisa membiarkan hal ini tanpa ada solusi. Memisahkan penugasan di hulu dan penyaluran di hilir dibatasi, tentu ini tidak adil bagi Bulog," tutur Khudori.

Dihubungi terpisah, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan belum bisa berkomentar banyak. Dia hanya menyebutkan bahwa upaya percepatan penyaluran akan dilakukan meski tak memberi perincian lebih lanjut.

"Saya belum bisa komentar. Yang pasti akan dilakukan percepatan penyaluran beras supaya bisa menyerap lagi. Tapi bagaimana caranya belum selesai dibicarakan," kata Musdhalifah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper