Bisnis.com, JAKARTA - Pengalihan penerbangan dari dan ke China yang dihentikan sementara sebagai antisipasi penyebaran virus corona disebut akan menyebabkan terjadinya penurunan tiket penerbangan domestik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengonfirmasi hal tersebut dan mengatakan ada tiga tempat yang terdampak akibat penutupan sementara, sehingga penerbangan ke tiga destinasi tersebut akan menjadi lebih murah. Hal ini terjadi karena pesawat yang digunakan untuk menerbangi rute dari dan ke China dialihkan ke sejumlah rute domestik oleh para maskapai.
"Seperti dirapatkan di KSP [Kantor Staf Kepresidenan] dan arahan Presiden, ada tiga tempat yang terdampak yaitu Bali, Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau. Oleh karenanya saya sudah rapat dengan Indonesian carrier [maskapai Indonesia] untuk memberikan spesial harga di tempat tersebut," urainya saat ditemui Bisnis.com, Jumat (7/2/2020).
Lebih lanjut, sejumlah maskapai memang mengalihkan pesawatnya ke rute domestik daripada membiarkan asetnya berdiam di hanggar pesawat. Maskapai Batik Air akan mengalihkan penerbangan ke rute - rute domestk dengan pergerakan tinggi untuk mengganti slot rute ke China.
CEO Batik Air Achmad Luthfie mengatakan kebijakan penyetopan oleh pemerintah bersifat mendadak sehingga untuk mengajukan perizinan baru juga tentunya memerlukan waktu. Alhasil, manajemen memilih untuk menambah frekuensi terbang yang sudah ada.
"Jadi ya menambah frekuensi domestik ke rute -rute yang menguntungkan seperti Jawa, Sumatra, dan Kalimantan," ujarnya.
Baca Juga
Luthfie menuturkan perseroan menerbangi lima kota ke China yang pada akhirnya harus disetop. Lima kota itu diterbangi dengan menggunakan baik pesawat charter maupun terjadwal.
Selain China, maskapai anak usaha lion air tersebut juga mengurangi frekuensi penerbangan ke Thailand. Thailand menjadi salah satu negara yang terindikasi kasus Corona.
Frekuensi penerbangan dari dan menuju ke negara gajah putih dari setiap hari menjadi menjadi tiga kali seminggu dengan menggunakan narrow body.
Managing Director Lion Air Group Daniel Putut menuturkan akan mencari rute-rute lain sebagai pengganti jadwal dari dan ke China. Namun untuk rute pastinya, manajemen masih perlu mendiskusikannya kembali. Manajemen mencatat ada 30 penerbangan per pekannya yang harus dibatalkan dengan kebijakan pemerintah menyetop penerbangan ke China.
“Dalam negeri aja masih banyak kan. Kami baru mau meeting hitung rotasi mau dibawa ke mana. Yang eksisting aja lah. Yang udah ada kita lihat evaluasi lagi,” jelasnya.
Maskapai berlambang kepala singa tersebut saat ini telah melakukan penetrasi rute ke 140 kota. Sementara opsi untuk membuka rute baru, kata dia, bisa memanfaatkan program pemerintah yang membuka lima destinasi prioritas.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) Irfan Setiaputra mengaku bakal membuka rute baru dan rute tambahan. Rencana tersesbut, lanjut Irfan memerlukan kajian matang sebab perusahaan tak ingin hanya membuka rute yang hanya pendek usianya.
"Jadi pesawat kan banyak yang grounded. Selalu pilihannya ada dua, kita nambah rute misalnya ke Surabaya atau {buka} ke area-area baru [ke negara lain],"jelasnya.
Maskapai pelat merah tersebut mengaku setidaknya ada tujuh rute yang dibuka dari dan menuju ke China.