Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan sedang menyiapkan strategi untuk meningkatkan serapan investasi pada industri kimia hingga 2024. Adapun, kementerian menyatakan impor kimia dan barang dari kimia pada 2023 berpotensi turun sekitar 30 persen - 40 persen.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Muhammad Khayam menargetkan dapat mendatangkan investasi senilai US$31,5 miliar pada industri kimia. Menurutnya, hal tersebut akan didorong oleh perbaikan sistem registrasi daring (online singgle submission/OSS) dan omnibus law.
"Paker-paket insentif sudah kami perbaiki jadi tax holiday dan tax allowane. Artinya, investor-investor ataupun perusahaan-perusahaan existing kita [diharapkan akan] melakukan ekspansi atau [pembangunan] pabrikan baru," katanya kepada Bisnis, Kamis (30/1/2020).
Khayam menyampaikan beberapa proyek besar di industri kimia seperti ekspansi oleh PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. , PT Titan Lotte Petrochemichal Tbk., proyek gasifikasi batu bara PT Bukit Asam Tbk., dan kerjasama antara China Petrochemichal Company (CPC) dan PT Pertamina (Persero) akan berdampak besar pada neraca dagang nasional pada 2020 - 2023.
Seperti diketahui, nilai impor kimia dan barang dari kimia saat ini adalah lebih dari US$20 miliar. Khayam menilai, beberapa proyek industri kimia yang akan rampung pada 2023 dapat mengurangi nilai impor tersebut sebesar 30 persen - 40 persen.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kemenperin Achamd Sigit Dwiwahjono mengatakan impor produk industri petrokimia dapat ditekan hingga 50 persen pada 2023. Hal tersebut disebabkan oleh produksi hasil investasi baru PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. (CAP) dan PT Lotte Chemichal Titan Tbk.
Sigit menambahkan investasi pada industri petrokimia akan mendorong pengurangan bebang defisit neraca berjalan secara signifikan. Pasalnya, impor produk petrokimia per tahun mencapai lebih dari US$20 miliar atau sekitar 30 persen dari total impor nasional.
Sigit berujar industri petrokimia merupakan industri hulu kimia dan memiliki potensi kontribusi yang tinggi terhadap nilai produk domestik bruto (PBD). Dengan kata lain, ujarnya, pengembangan industri petrokimia dapat mendongkrak pertumbuhan industri nasional.