Bisnis.com, JAKARTA – Wabah virus corona atau coronavirus di China muncul sebagai risiko baru bagi ekonomi global yang masih bergulat dengan dampak perang dagang Amerika Serikat-China.
Pada Kamis (30/1), Komisi Kesehatan Nasional China menyebut jumlah total kematian yang dikonfirmasi karena virus corona di negara itu telah bertambah menjadi 170 per Rabu (29/1) sejak pertama kali terdeteksi pada Desember.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyerukan rapat Komite Darurat pada Kamis (30/1) untuk mempertimbangkan mengeluarkan peringatan global seiring dengan terus bertambahnya korban tewas akibat virus tersebut.
Meluasnya wabah virus ini memancing keresahan pemerintah negara-negara lain tak terkecuali para pembuat kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve.
Efek potensial dari penyebaran virus corona menjadi salah satu perhatian utama Gubernur The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers rapat kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berakhir Rabu (29/1/2020) waktu setempat.
“Ekonomi China sangat penting dalam ekonomi global dewasa ini, dan ketika ekonomi China melambat kita merasakannya - meskipun tidak sebesar negara-negara di dekatnya, atau yang berdagang lebih aktif dengan China, seperti beberapa negara Eropa Barat,” tutur Powell, seperti dilansir Reuters.
Pada Kamis (30/1/2020), Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga menyuarakan kekhawatirannya atas potensi kerugian pada ekonomi Jepang. Ekonomi Negeri Sakura sangat bergantung pada China sebagai basis produksi dan pasar.
Zhang Ming, seorang ekonom di Akademi Ilmu Sosial China, memproyeksi wabah ini akan memangkas pertumbuhan kuartal pertama China sebesar satu poin persentase menjadi 5 persen atau bahkan lebih rendah.
Pemerintah China sendiri telah memberlakukan pembatasan perjalanan dan menutup aktivitas bisnis-bisnis demi mencegah meluasnya wabah.
Tatap saja, langkah ini belum menghilangkan kekhawatiran yang justru meningkat di antara perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia.
Sebuah pesawat evakuasi Jepang dari Wuhan di China, kota wabah ini bermula, telah tiba di Tokyo pada hari ini. Selandia Baru dan Indonesia juga bersiap untuk mengevakuasi warganya.
Sementara itu maskapai penerbangan termasuk British Airways, United Airlines, dan Lufthansa mengurangi ataupun menangguhkan menunda penerbangannya.
Jaringan gerai kopi global Starbucks telah menutup lebih dari separuh jumlah kafenya di China, sedangkan Walt Disney menutup resor dan taman hiburannya di Shanghai dan Hong Kong.
“Selain risiko terhadap nyawa manusia, [wabah virus corona] kemungkinan akan memukul aktivitas perjalanan dan konsumsi. Dalam skenario infeksi yang meluas, ini dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi dan posisi fiskal pemerintah-pemerintah di Asia,” tutur S&P pada Kamis (30/1).