JAKARTA - Kementerian Pertanian memastikan program wajib tanam bawang putih bakal terus dijalankan kendati target swasembada yang diharapkan tercapai pada 2021 masih belum memperlihatkan hasil yang siginifikan.
Pengembangan kawasan tanam bawang putih lokal pun ke depannya bakal memanfaatkan skema kredit usaha rakyat (KUR) dan tak hanya mengandalkan anggaran pemerintah dan pemenuhan kewajiban importir komoditas tersebut.
Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Sukarman mengatakan bahwa produksi benih pada 2019 tercatat mencapai 15.000 ton. Dengan rata-rata kebutuhan benih setiap hektare sebesar 500 kilogram, dia mengemukakan jumlah tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengembangan bawang putih dengan area seluas 30.000 ha.
"Instruksi dari Pak Menteri [Syahrul Yasin Limpo], jika ada potensi diminta untuk kembangkan. Yang penting kita akan subtitusi impor. Kalau bisa tidak impor lagi," kata Sukarman ketika ditemui pada Senin (27/1/2020).
Dengan rata-rata produktivitas bawang putih lokal sebesar 8 ton per ha, kebutuhan lahan pengembangan untuk mencapai swasembada setidaknya mencapai 60.000 ha. Kendati demikian, Sukarman mengemukakan kebutuhan lahan bisa mencapai 70.000–80.000 ha mengingat diperlukannya area khusus pengembangan benih.
Anggaran pemerintah pun disebutnya tidak akan banyak digelontorkan untuk program ini. Sebagai alternatif, dia menyatakan para petani akan didorong untuk memanfaatkan KUR. Pelaku usaha pun diharapakan dapat berpartisipasi sebagai penjamin serapan benih dan produksi bawang komersial.
"Dengan APBN tidak ada cetak lahan, hanya ada pengembangan saja. Nanti akan didorong dengan KUR, tidak dengan APBN saja. APBN hanya sebagian kecil dan didorong lebih banyak KUR-nya," ujar Sukarman.
Mengenai kawasan pengembangan bawang putih, Sukarman menjelaskan bahwa ketersediaan lahan saat ini tak lagi bergantung pada ketinggian. Alih-alih demikian, dia menjelaskan bahwa faktor suhu menjadi salah satu aspek penting dalam kesuksesan pengembangan bawang putih.
Dia mengklaim bahwa bawang putih lokal pun bisa dikembangkan di daerah dataran rendah. Hal ini setidaknya terlihat dari produksi bawang putih di Kecamatan Belo, Bima, Nusa Tenggara Barat yang mencapai 10 ton per ha meski ketinggian kawasan tersebut hanya 87 meter di atas permukaan laut (mdpl).
"Sekarang masalahnya bukan ketinggian tapi suhu. Di Bima ada bawang putih yang bisa dikembangkan di kawasan dengan tinggi 87 mdpl. Kawasan ini dilewati angin muson dari Australia sehingga ada perbedaan suhu antara siang dan malam yang mempengaruhi pertumbuhan bawang putih," paparnya.