Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Januari yang rendah terbilang masih stabil dan tidak akan melonjak dengan kenaikan administered prices tahun ini.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan inflasi awal tahun ini cenderung terjaga meskipun didorong oleh kenaikan inflasi diatur pemerintah yakni sejalan dengan kenaikan tarif cukai rokok dan iuran BPJS Kesehatan sejak awal tahun ini.
Namun, Josua menilai inflasi harga bergejolak cenderung stabil, meskipun sudah melewati masa panen raya kedua sekitar Oktober tahun lalu.
"Hal ini juga didorong oleh pengelolaan stok pangan yang didukung oleh koordinasi KemenTan, Kemendag dan Bulog," ungkap Josua pada Minggu (26/1/2020).
Dia menyebutkan stok pangan strategis seperti beras yang merupakan komoditas pangan pokok konsumsi domestik dan diperkirakan mencukupi hingga Maret 2020. Hal ini mengindikasikan harga pangan beras dan komoditas pangan strategis lainnya diperkirakan tetap stabil hingga jelang panen raya pada Maret atau April.
Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Nasional dan Daerah juga perlu terus diperkuat dengan pemantauan ketersediaan pangan untuk tiga bulan kedepan yang dilakukan secara berkala.
Selain itu, mengingat curah hujan cenderung meningkat dari sejak akhir tahun lalu hingga awal tahun ini, monitoring stok pangan perlu dilakukan lebih intensif.
"Apabila terjadi penurunan produksi pangan, maka diperlukan langkah-langkah stabilisasi melelui operasi pasar oleh Bulog untuk meredam potensi kenaikan harga," ujarnya.
Dengan demikian, Josua meyakini bahwa inflasi 2020 diperkirakan tetap stabil dan dalam target sasaran inflasi Bank Indonesia.
Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan pola hujan yang tidak merata di seluruh Indonesia membuat harapan pasokan pangan masih akan tercukupi. Dia menyebut, sejumlah sentra panen tanaman strategis belum tentu terkena dampak musim hujan.
“Namun jika berbicara inflasi pada bulan-bulan berikutnya maka ada potensi inflasi juga dari dampak gagal panen karena musim hujan,” ungkap Yusuf.
Selain musim hujan, Yusuf juga menyebut potensi kenaikan inflasi beberapa bulan mendatang bersumber dari kenaikan tarif cukai rokok.
Hal ini mengingat proporsi pengeluaran rokok merupakan pengeluaran rata-rata terbesar kedua setelah makanan dan minuman jadi pada kelompok bahan pangan. Badan Pusat Statistik juga mengatakan, proporsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi rokok mencapai sekitar 12%.
“Maka di Desember lalu, inflasi rokok tergabung dalam kelompok bersama makanan minuman jadi, tembakau, mencapai 0,29% (mtm). Bulan ini saya prediksi bisa berada pada kisaran 0,30% sampai 0,40%,” tuturnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat inflasi pekan keempat bulan Januari sebesar 0,42% (month to month) dan 2,82% (year on year).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan inflasi pekan keempat Januari ini lebih rendah dari rata-rata inflasi pada periode yang sama dalam 5 tahun terakhir yakni 0,64%.
"Tekanan harga [inflasi] karena pengaruh musim hujan ke panen bawang, cabai, beras, dan sayuran," ujar Perry.
Sementara itu, deflasi disumbang oleh penurunan harga angkutan udara, bensin dan daging ayam. Dengan pergerakan inflasi tersebut, Perry menyebut Bank Indonesia meyakini target sasaran inflasi tahun ini, 2%-4%, akan tercapai.