Bisnis.com, JAKARTA — Perkembangan properti co-living makin pesat dengan terus bertambahnya permintaan, terutama di kota-kota besar. Selain di Jakarta sebagai pusat bisnis, Bali dan Yogyakarta juga menjadi lokasi pilihan untuk mengembangkan bisnis co-living.
Director Research Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan bahwa saat ini Bali menjadi salah satu wilayah yang cukup prospektif untuk perkembangan properti co-living. Pasalnya banyak turis asing yang berkunjung ke Bali untuk berwisata sambil bekerja.
“Justru di Bali itu yang aslinya co-living. Isinya komunitas, banyak bule kerja sambil liburan atau bahasanya digital nomads. Mereka banyak yang cari penginapan untuk jangka panjang dan terbiasa hidup komunal bersama orang lain untuk saling bertukar pikiran, membuka wawasan,” ujarnya saat ditemui Bisnis, Rabu (22/1/2020).
Selain itu, Yogyakarta juga menjadi lokasi yang cukup potensial untuk perkembangan co-living lantaran selain sebagai salah satu kota pendidikan, banyak pula perusahaan rintisan berbasis teknologi yang berkembang di sana.
“Dari perusahaan-perusahaan rintisan itu muncul juga banyak permintaan untuk hunian co-living.”
Anton menjelaskan bahwa selain di tiga daerah tersebut, pertumbuhan co-living di wilayah lain belum terlalu potensial dan belum bisa berkembang pesat. Namun, suatu kota juga bisa menjadi lokasi pilihan bagi properti co-living selama memiliki potensi pariwisata yang besar.
“Memang ada kaitannya dengan industri wisata karena bisa mengundang wisatawan mancanegara maupun domestik untuk kerja sambil liburan di sana, yang enggak hanya di Bali,” lanjutnya.