Bisnis.com JAKARTA — Program One Pesantren One Product (OPOP) di Jawa Timur gencar mencetak santri bermental wirausaha atau santripreneur. Program itu merupakan bagian dari upaya mencetak 1 juta santripreneur pada 2023.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyempatkan diri untuk menghadiri Pembukaan Santri Digital Fest dan Rapat Kerja Nasional Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (Rakernas IPPNU) di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Kamis (23/1/2020).
Juru bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi mengatakan bahwa Wapres Ma’ruf mendukung gerakan ekonomi pesantren sebagai bagian penguatan ekonomi kerakyatan.
“Wapres menyebutnya sebagai Arus Baru Ekonomi Indonesia yang berbasis kolaborasi antara pelaku ekonomi kuat dan lemah. Bukan konfrontasi, juga bukan sekedar menunggu trickle down effect,” tuturnya seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (23/1/2020).
Pameran “Gelar Karya Santri Nusantara” terdiri dari 60 stand. Acara ini diikuti oleh 20 santri dari SMK Mini di bawah naungan pondok pesantren dan 20 perwakilan koperasi pesantren, dan 20 sociopreneur yang merupakan alumni pesantren yang punya usaha.
Mereka terpilih dari seluruh Jawa Timur yang terbina melalui program One Pesantren One Product (OPOP) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Gerakan OPOP yang dimulai Pemprov Jatim sejak 2019, memiliki target untuk menciptakan 1 juta santripreneur dan 1.000 produk unggulan (barang atau jasa) pada 2023.
Khusus di Jawa Timur, OPOP menargetkan 200.000 santripreneur dan 200 produk unggulan. Capaian tersebut ditargetkan terus meningkat hingga mencapai 250.000 santripreneur dan 250 produk unggulan pada 2023.
Program OPOP Jatim adalah bentuk sinergi antara koperasi pondok pesantren, forum bisnis, pengusaha alumni pesantren, dan Kadin. Ekosistem pengembangan OPOP menggunakan metode training, mentoring, fasilitasi pemasaran, dan fasilitasi permodalan.
Sejumlah pesantren besar yang tergabung dalam program OPOP ini merata di seluruh Jawa Timur. Mulai Pesantren di Lamongan (Sunan Drajat), Tuban (Langitan), Pasuruan (Sidogiri), Mojokerto (Amanatul Ummah), Ponorogo (Gontor), Malang (Al HIkam), Probolinggo (Nurul Jadid), Sumenep (An Nuqoyyah, Al Amin), sampai Banyuwangi (Blok Agung).
Setiap pengusaha baik santri maupun alumni pesantren menghasilkan produk sesuai standar syariah dan halal, yang diterima pasar, berdaya saing, dan berbasis ekonomi digital.
Wapres mendorong gerakan semacam OPOP dapat bergerak di provinsi-provinsi lain. Saat ini, selain Jawa Timur, program OPOP juga berkembang dinamis di Jawa Barat sejak 2018. Pertumbuhan santripreneur diyakini akan terus meningkat seiring data Kementerian Agama yang menujukkan jumlah pesantren saat ini sekitar 27.000 dengan 3,6 juta santri.
“Gerakan ekonomi pesantren sudah berlangsung lama. Bila gerakan ini terus digerakkan, didampingi, difasilitasi, dan dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan, maka akan menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan yang strategis.”