Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) menyatakan kerja sama antara PT Pertamina dan ADNOC akan mengurangi impor polimer melalui pendalaman produksi petrokimia di Kilang Balongan. Alhasil, ada potensi penghematan devisa yang besar dari kerja sama tersebut.
Dikutip dari Antara, Pertamina akan mengoptimalkan pengembangan kilang petrokimia di Balongan sehingga nantinya dapat menghasilkan produk yang bernilai tinggi serta memenuhi permintaan produk petrokimia dalam dan luar negeri.
Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiyono mengatakan saat ini pabrikan plastik lokal masih mengimpor sebagian polimer di kisaran harga US$1.200/ton-US$2.500/ton setiap tahunnya. Adapun, pabrikan petrokimia mengimpor bahan baku pembuatan polimer seperti gas alam, Nafta, maupun minyak mentah di kisaran harga US$500/ton.
"Artinya, substitusi impor kita [setidaknya] sekitar US$700/ton. Penghematan devisanya banyak sekali," katanya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Fajar menyatakan PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. dan PT Lotte Titan Petrochemichal juga akan membantu mengurangi ketergantungan impor polimer tersebut. Namun, kedua entitas tersebut baru akan menyelesaikan pembangunan fasilitas produksi polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP) pada 2023.
Saat ini produsen besar di petrokimia hulu tengah mengembangkan kapasitas produknya, khususnya berbasis naphta, yakni PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. (CAP) dan PT Lotte Chemichal Titan Tbk.
CAP sendiri telah mengucurkan dana sekitar US$4 miliar—US$5 miliar untuk pembangunan fasilitas Naphta Cracker CAP II yang akan rampung dan mulai beroperasi pada 2023. Sementara itu, Lotte Chemichal akan meningkatkan kapasitas produksi fasilitas Naphta Cracker menjadi 2 juta ton per tahun.