Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Prioritaskan Kebutuhan LNG untuk Pasar Domestik

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprioritaskan pasar domestik pascakontrak dengan Western Buyer Extension (WBX) yang akan selesai pada akhir 2020.
Liquefied Natural Gas (LNG)./Istimewa
Liquefied Natural Gas (LNG)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprioritaskan pasar domestik pascakontrak dengan Western Buyer Extension (WBX) yang akan selesai pada akhir 2020.

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan akan menawarkan ke pembeli dalam negeri sebelum memasarkannya ke luar negeri. Menurutnya, langkah tersebut ditempuh untuk memberikan nilai tambah bagi industri dalam negeri.

“Domestik saja. [Semisal] dijual murah tidak apa, kan yang menikmati industri lokal. Daripada dijual spot murah ke luar negeri lebih baik jual murah ke dalam negeri kan” katanya, Senin (13/1/2020).

Saat ini, SKK Migas terus mencari pembeli untuk menggantikan WBX. Hal ini ditempuh setelah pembeli LNG di pantai barat Jepang diperkirakan tidak memperpanjang kontrak pembelian LNG-nya dari Kilang Bontang yang berakhir di penghujung tahun.

Sebenarnya, SKK Migas telah melakukan penawaran kepada WBX sejak tahun lalu, namun hingga kini belum ada kesepakatan dengan para pembeli tersebut. Sebutan WBX merupakan kontrak penjualan yang diwakili oleh lima perusahaan di pantai barat Jepang.

Kelima perusahaan ini adalah Chubu Electric Co, Kansai Electric Power Co, Kyushu Electric Power Co, Nippon Steel Corp, dan Osaka Gas Co Ltd. Adapun pasokan LNG ini dibawa dari Kilang LNG Bontang yang dioperasikan oleh Badak LNG.

“Kami sedang mencari pengganti WBX jika tidak diperpanjang. [Kalau] WBX enggak mau perpanjangan, kami coba cari buyers lain,” katanya.

Negosiasi alot dengan WBX terjadi soal kesepakatan harga LNG. Arief mengakui belum tentu seluruh anggota WBX akan sepakat memperpanjang kontraknya dengan Indonesia.

 “Saat ini, kami akan memulai renegosiasi kembali setelah mendapatkan acuan harga dari hasil penjualan di akhir 2019 kemarin,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper