Bisnis.com, JAKARTA – Produksi pakan ternak pada 2020 diprediksi akan tumbuh sekitar 5–6 persen dibandingkan realisasi pada 2019 lalu yang diperkirakan ditutup di angka 19,5 juta ton. Kalangan pelaku industri pakan menyebutkan potensi produksi pada 2020 bisa menyentuh 20,67 juta ton.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengemukakan proyeksi positif tersebut bakal dipacu dengan potensi peningkatan konsumsi protein hewani. Dia mengemukakan sekitar 65 persen kebutuhan protein hewani dipenuhi dari daging dan telur ayam dan menurutnya angka tersebut akan terus membaik.
“Kami perkirakan pertumbuhan sekitar 5 sampai 6 persen tahun ini karena konsumsi protein hewani terutama dari ayam berkontribusi sekitar 65 persen dan akan terus membaik," ujarnya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian memperkirakan konsumsi daging ayam per kapita pada 2020 mencapai 12,79 kilogram per tahun. Naik sekitar 5,4 persen dibandingkan angka konsumsi pada 2019 yang berada di angka 12,13 kilogram per kapita per tahun.
Kebutuhan daging ayam sepanjang 2020 diprediksi menembus 3,5 juta ton. Sementara dari segi produksi, Ditjen PKH menyebutkan pasokan day old chick (DOC) bisa mencapai 3,32 miliar ekor atau setara dengan 3,68 juta ton.
Konsumsi telur pun dipatok tumbuh pada tahun ini. Jika kebutuhan telur pada 2019 lalu tercatat berjumlah 4,74 juta ton, pemerintah memperkirakan konsumsi tahun ini dapat menembus 4,79 juta ton.
Potensi produksi hewan ternak yang meningkat ini pun membuat Kementan memperkirakan produksi pakan pada 2020 bakal tumbuh sekitar 5 persen dengan volume mencapai 21,53 juta ton, naik dari perkiraan pada 2019 yang dipatok di angka 20,5 juta ton.
“Dari jumlah di atas, proyeksi kebutuhan jagung pipil kering untuk pabrik pakan adalah sebesar 8,5 juta ton sementara untuk peternak sekitar 3,48 juta ton,” ujar Widayati kepada Bisnis.
Adapun berdasarkan perhitungan Desianto, realisasi serapan jagung sepanjang 2019 disebutnya berkisar di angka 6,4 juta ton. Pabrik pakan sendiri tercatat terus melakukan penyesuaian komposisi jagung lokal di tengah harga dan stok yang berfluktuasi sejak pemerintah menutup keran impor pada 2017.
“Dari 19,5 juta ton ini, sekitar 18 sampai 20 persen merupakan konsentrat layer [ayam petelur]. Dari sisanya sekitar 14 juta ton, 40 persen merupakan penggunaan jagung, jadi sekitar 6 juta ton,” kata Desianto.