Bisnis.com, JAKARTA — Harga properti di beberapa wlayah di Jakarta, seperti di Kelapa Gading dan Kemang tidak pernah turun meskipun menjadi langganan terkena banjir. Penduduk yang tinggal pun tetap betah, tak beranjak, kenapa ya?
Menurut Associate Director Investment Service Colliers International Indonesia Aldi Garibaldi, salah satu yang menjadi alasan adalah budaya orang Indonesia yang tinggal di kota, yang cenderung mencari tempat tinggal dekat dengan orang tuanya.
“Jadi, kenapa di Kelapa Gading enggak turun harganya. Di Indonesia satu keluarga anaknya bisa dua, tiga, belum kalau beranak pinak lagi. Jadi, banyak yang menawar di daerah situ lagi. Kalau yang menawar sampai 10 orang ya, jelas harganya naik terus dong,” katanya di sela-sela konferensi pers di Jakarta, Rabu (8/1/2020).
Belum lagi, dari segi lokasi baik Kelapa Gading maupun Kemang masih terbilang dekat dengan Kawasan pusat bisnis (central business district/CBD), hal ini menjadi nilai tambah bagi kedua lokasi tersebut.
“Kemang itu cuma 5—10 menit dari CBD, Kelapa Gading cuma setengah jam dari CBD dan pelabuhan. Belum lagi lokasi di sana sudah sangat berkembang, fasilitas sudah lengkap dan serba ada. Penduduk di sana tidak perlu susah atau bingung mau cari apa saja ada,” sambungnya.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto menambahkan bahwa dampak dari banjir kepada harga properti cenderung minim dan berjangka pendek sehingga penduduk di daerah Kelapa Gading dan Kemang tidak pernah kapok tinggal di sana.
Baca Juga
“Karena tanah di Jakarta enggak banyak jadi, mau enggak mau itu [banjir] menjadi risiko yang harus ditanggung, efeknya juga cuma sesaat. Di sana orang tahu tiap banjir pasti kebanjiran, tapi enggak mau pindah karena mereka di sana udah nyaman, semua kebutuhan ada,” ungkapnya.
Untuk penurunan harga, Ferry menyebutkan, kemungkinan hanya akan terjadi di lokasi yang potensi dampaknya besar, misalnya, properti yang tepat berada di samping sungai sehingga ketika banjir potensi kerusakannya besar.
“Kami melihat di sana belum ada yang jual dengan alasan banjir karena memang keduanya jadi area favorit. Jika memang ingin menjual mungkin bisa melihat timing-nya, mencari waktu jual ketika sedang tidak banjir,” ujarnya.
Jika harga turun, pembeli juga bisa mengidentifikasi apakah lokasinya dekat sungai atau tidak dan apakah sebelumnya pernah ada sejarah terkena banjir atau tidak. Apabila lokasi tersebut sebelumnya tidak pernah terkena banjir, ada kemungkinan lokasi itu ke depannya akan lebih aman.
“Konsekuensinya ya, mungkin harus melakukan perbaikan lebih ketika mengambil rumah yang di lokasi bekas kena banjir, misalnya, harus ditinggikan supaya meminimalisir dampaknya,” lanjutnya.