Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Volatile Food pada 2020 Diperkirakan Lebih Rendah

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan inflasi pada kelompok volatile food masih menjadi tantangan bagi pemerintah terutama menjelang hari besar keagamaan dan nasional (HKBN).
Ilustrasi/hargababel.com
Ilustrasi/hargababel.com

Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi pada komponen volatile food 2020 diproyeksikan lebih rendah dibandingkan dengan 2019 karena pasokan yang mulai terkendali.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan inflasi pada kelompok volatile food masih menjadi tantangan bagi pemerintah terutama menjelang hari besar keagamaan dan nasional (HKBN).

"Sepanjang 2019, inflasi tertinggi terjadi pada bulan April-Juni, bertepatan dengan HBKN [Ramadan dan Lebaran]. Beberapa komoditas yang memberikan kontribusi inflasi terbesar antara lain bawang merah, cabe merah, dan daging ayam," ujar Airlangga, Jumat (20/12/2019).

Berbanding terbalik dengan tahun ini, inflasi pada 2020 diproyeksikan akan cenderung didorong oleh inflasi pada kelompok adminstered prices.

Hal ini terutama diakibatkan oleh adanya potensi meningkatnya harga-harga dari komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah seperti kenaikan cukai hingga pemangkasan subsidi BBM dari Rp2.000 per liter menjadi Rp1.000 per liter pada 2020.

Inflasi inti yang cenderung stabil pada 2019 juga diproyeksikan akan meningkat pada 2020. Meski demikian, peningkatan inflasi inti pada 2020 cenderung positif karena diproyeksikan akan didorong oleh perbaikan konsumsi akibat perbaikan ekonomi.

Dari sisi global, inflasi pada 2020 akan cenderung rendah terutama didorong oleh nilai tukar rupiah yang cenderung mengalami apresiasi serta harga minyak mentah dunia yang diproyeksikan akan berada di angka US$62 per barel.

Dengan extra effort, inflasi pada 2020 ditargetkan berada di angka 3% +/- 1% dengan asumsi inflasi pada APBN 2020 berada pada angka 3,1%.

Senada, Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan inflasi pada 2020 akan berada di angka 3% +/- 1% ditopang oleh inflasi pada kelompok volatile food yang cenderung menurun.

Inflasi pada kelompok administered price juga diproyeksikan akan lebih tinggi dibandingkan 2019 terutama akibat kenaikan cukai rokok pada 2020.

Meski demikin, BI memproyeksikan inflasi inti akan tetap terjaga terutama akibat kuatnya nilai tukar rupiah serta terjangkarnya ekspektasi inflasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper