Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenhub Yakin Teknologi Bisa Cegah Pungli di Priok

Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kemenhub Ahmad mengatakan akan terus meningkatkan integritas petugas dan juga meningkatkan pengawasan ketat agar praktek pungli di pelabuhan tidak terjadi.
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Bongkar Muat Tanjung Priok milik Pelindo II, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Bongkar Muat Tanjung Priok milik Pelindo II, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan bakal mengintensifkan implementasi teknologi guna meminimalkan tatap muka, sehingga risiko pungutan liar (pungli) bisa ditekan di Pelabuhan Tanjung Priok.

Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP)  Kemenhub Ahmad mengatakan akan terus meningkatkan integritas petugas dan juga meningkatkan pengawasan ketat agar praktek pungli di pelabuhan tidak terjadi.

"Pemanfaatan IT menjadi suatu keharusan, seperti halnya Inaportnet yang meminimalisir tatap muka antara petugas dan pengguna jasa dan dalam hal pelayanan penumpang kapal, pembelian tiket  dilakukan secara online sehingga tidak ada kesempatan untuk para oknum melakukan pungli," kata Ahmad kepada Bisnis.com, Selasa (17/12/2019).

Dia menambahkan sterilisasi pelabuhan khususnya pemisahan antara area publik dengan pengelolaan terminal, operator pelabuhan dan operator kapal juga harus dilakukan serta terus menerus melakukan edukasi kepada masyarakat terutama para pengguna jasa.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan meminta Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok untuk segera memberhentikan pihak yang terkait dengan praktik pungli.

"Saya tugaskan Pak Hermanta, cari orangnya pecat orangnya. Saya sudah ngomong, cari orangnya, pecat," kata Budi.

Berdasarkan hasil penelusuran Bisnis.com, tradisi pungutan liar masih dialami para supir truk logistik di pelabuhan Priok saat ini. Tradisi koruptif ini nyaris tidak berubah dengan kondisi kala Bisnis menurunkan laporan serupa pada edisi 19 Februari 2013.

Jumlah perkiraan rata-rata uang hasil pengumpulan uang kopi alias salam tempel dari sopir kepada oknum terhitung hanya di pelabuhan bongkar muat JICT diperkirakan bisa mencapai Rp12.000 x 2.098.000 TEUs = Rp25,17 miliar per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hendra Wibawa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper