Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boeing Setop Produksi 737 Max, Ekonomi AS Terancam?

Keputusan Boeing untuk menghentikan produksi pesawat model 737 Max kemungkinan akan memberi tak lebih dari angin sakal sementara bagi ekonomi Amerika Serikat.
Ilustrasi - Pesawat Boeing 737 Max/Antara
Ilustrasi - Pesawat Boeing 737 Max/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan Boeing untuk menghentikan produksi pesawat model 737 Max kemungkinan akan memberi tak lebih dari angin sakal sementara bagi ekonomi Amerika Serikat.

Keputusan pabrikan asal AS tersebut untuk menyetop produksi 737 Max secara sementara mulai Januari 2020 diambil ketika AS telah mampu menyingkirkan segala kekhawatiran mengenai bangkitnya resesi dalam beberapa bulan terakhir.

Proyeksi pertumbuhan digaungkan stabil setelah risiko global akibat tensi perdagangan dan Brexit mereda. Upaya pemulihan juga ditopang langkah bank sentral AS Federal Reserve untuk menopang pertumbuhan melalui tiga kali pemangkasan suku bunga sepanjang tahun ini.

Peneliti Bloomberg Economics, Andrew Husby, memperkirakan bahwa dampak penghentian produksi 737 Max pada kuartal pertama paling banyak akan mengurangi 1 poin persentase pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

JPMorgan Chase & Co. sebelumnya telah memperkirakan bahwa penghentian produksi lini terlaris Boeing itu akan memangkas PDB sekitar 0,15 persen atau 0,6 poin persentase dari tingkat pertumbuhan pada kuartal efektif dimulainya penghentian produksi.

Kendati demikian, penyusutan pertumbuhan yang kemungkinan terjadi untuk waktu yang singkat diperkirakan tidak akan menjadi pukulan jangka panjang.

"Boeing adalah perusahaan besar, eksportir besar, produsen besar, dan ini adalah produk mereka yang paling penting, tetapi [penghentian produksi] itu tidak berdampak pada PDB secara full year,” jelas Michael Feroli, kepala ekonom AS di JPMorgan, New York.

Para analis memperkirakan ekonomi AS akan mencatat pertumbuhan 2,2 persen pada 2019, berdasarkan perubahan kuartal keempat dari tahun sebelumnya, diikuti sebesar 1,8 persen pada 2020.

“Dengan asumsi pengurangan produksi lebih lanjut - termasuk lintas pemasok - dan penghentian akumulasi inventaris, dampak terhadap PDB pada kuartal pertama dapat mendekati penurunan 1 poin persentasi pada tingkat pertumbuhan,” lanjut Husby, seperti dilansir dari Bloomberg.

Efek dari penghentian produksi, tambahnya, kemungkinan akan merembes ke dalam laporan manufaktur Institute for Supply Management, data produksi industri The Fed, dan data pemerintah untuk barang tahan lama.

Data barang tahan lama yang dirilis Departemen Perdagangan menunjukkan pesanan dan pengiriman baru untuk pesawat non-pertahanan dan suku cadangnya telah melambat sejak larangan operasional 737 Max diberlakukan secara global.

Meski lebih lambat, data tersebut tetap menunjukkan pergerakan. Rata-rata pemesanan bulanan tahun ini hingga Oktober 2019 berjalan sekitar sepertiga lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara performa pengiriman turun sekitar seperenamnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Boeing menyampaikan akan menghentikan produksi lini model 737 Max di pasaran pada Januari 2020 di tengah krisis yang membebaninya.

Penghentian yang tidak diketahui akan berlangsung sampai kapan ini dilakukan untuk menghemat modal perusahaan, tetapi pada saat yang sama akan memberikan kesulitan bagi pemasok Boeing yang tersebar dari Seattle hingga Kansas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper