Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri tekstil hulu tahun ini diperkirakan bakal menurun, kendati secara keseluruhan sektor tersebut masih mencatatkan pertumbuhan.
Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), menjelaskan bahwa hingga kuartal III/2019, industri hulu tekstil sudah mencatatkan performa negatif.
"Hingga akhir 2019 masih akan negatif. Pasti akan negatif," ujarnya epada Bisnis, belum lama ini.
Kondisi itu terutama dialami oleh subsektor fiber yang memroduksi poliester dan fiber. Redma menjelaskan kinerja produksi poliester turun lebih dalam dibandingkan rayon yang masih cukup signifikan menyasar pasar ekspor.
Adapun subsektor filamen yang memroduksi benang dinilai relatif stagnan."Untuk rayon, kelihatannya penurunan tidak terlalu signifikan. Fiber ini turunnya cukup dalam," ujarnya.
Redma mengatakan kinerja industri hulu tekstil sepanjang 2019 sangat dipengaruhi oleh pasar domestik. Menurutnya, kondisi ekonomi global membuat pasar ekspor tekstil hulu tidak sebaik tahun sebelumnya.
Padahal, pasar domestik masih dihadapkan oleh kendala dengan masifnya arus impor produk tekstil, khususnya di hilir.
"Tekstil hulu itu akan tergantung dengan hilir, sedangkan tidak bisa mendorong eskpor di tengah situasi global seperti saat ini."
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kinerja industri tekstil masih bertumbuh sekitar 4,71% dibandingkan periode yang sama pada 2018 (yoy). Namun, pertumbuhan itu melambat sebab pada kuartal III/2018 sektor ini meningkat 5,12% (yoy). Pada kuartal II/2019, sektor tekstil bahkan masih bertumbuh 7,35% (yoy).
Adapun, pertumbuhan kinerja tersebut terutama didorong oleh sektor hilir. Pada kuartal III/2019, data Kemenperin menunjukkan bahwa industri pakaian jadi bertumbuh 19,27% (yoy).
Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada kuartal III/2018 yang mencapai 12,23% (yoy), kendati lebih rendah dari kuartal II/2019 yang naik 25,79% (yoy).
"Industri hilir tetap tumbuh tinggi, sedangkan di hulu masih sama saja. Kebijakan soal impor punya peran signifikan untuk itu," kata Redma.