Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia-Cile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) digadang-gadang membuka kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Cile atau sebaliknya.
Wakil Menteri Perdagangan Cile Rodrigo Yanez mengatakan, IC-CEPA tidak hanya mengakomodasi urusan perdagangan antara Indonesia dan Cile melainkan juga bisa menjadi kesempatan untuk berinvestasi bagi pengusaha RI dengan membuka basis industri di Cile ataupun sebaliknya.
Dalam hal ini, Rodrigo mengatakan pihaknya berminat untuk melakukan investasi di sektor energi yaitu energi terbarukan (renewable energy) di Indonesia. Hal ini karena negaranya memiliki industri energi terbarukan kelas dunia.
“Kami memiliki industri energi terbarukan kelas dunia. Saat ini perusahaan BUMN kami sedang mengerjakan proyek energi terbarukan dalam bentuk power plant angin, air,” kata Rodrigo, Selasa (26/11/2019).
Sementara itu, untuk investor Indonesia, dia mengatakan Pemerintah Cile akan membuka peluang investasi di sektor pengembangan mobil listrik. Apalagi, Cile memiliki cadangan lithium yang besar di negaranya.
“Kita bekerja keras untuk mengembangkan mobil listrik, kita memiliki salah satu cadangan lithium utama di dunia.”
Selain pengembangan mobil listrik, sebutnya, Cile membuka kesempatan bagi investor Indonesia di sektor infrastruktur. Beberapa infrastruktur yang dibutuhkan Cile yaitu proyek jalan tol dan proyek sanitasi. Dia mengatakan, Cile memiliki program miliaran dolar terkait dengan pembangunan infrastruktur. “Aturan akan lebih atraktif untuk investor asal Indonesia.”
Menanggapi hal itu, Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ni Made Ayu Marthini menyambut baik peluang yang diberikan oleh pemerintah Cile. Sebetulnya, kata Made, tanpa perundingan pun Indonesia dan Cile sudah bisa melakukan perdagangan dan investasi.
“Sebetulnya gini, tanpa perundingan boleh dong dagang. Namun, perundingan ini membuat memudahkan lebih murah tarifnya. Justru kalau ada potensi itu, dengan adanya agreement ini akan memudahkan. Jadi boleh banget, perusahaan kita kalau mau ikut [tender] di sana,” kata Made.
Dia mengatakan saat ini nilai investasi Cile di Indonesia senilai US$726 juta.
Made menuturkan selama ini perusahaan infrastruktur Indonesia baru menggarap proyek di negara-negara Afrika seperti Tunisia dan Maroko. Jika peluang investasi ini terbuka lebar, maka Cile akan menambah daftar negara tujuan investor Indonesia di sektor infrastruktur.
Di sisi lain, terkait dengan ekspor Indonesia-Cile, Made mengatakan jarak antara dua negara yang cukup jauh menjadi tantangan ekspor.
Sebab itu, untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah perlu membangun cold chain. Apalagi, produk ekspor Indonesia ke Cile di dominasi oleh produk pangan.
“Nah, makanya Cile itu negara agrikultura, dia sudah punya pendingin. Nah pemerintah harus bangun itu, kalau gak punya itu paling mentok ya [barangnya] cuma sampai Papua. Kalau naik pesawat kan mahal, itu akan berdampak ke tarif/harga.”
Anggota Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Diono Nurjadin mengatakan IC-CEPA akan memberikan penguatan terhadap kerja sama perdagangan Indonesia-Cile dalam hal ini peningkatan nilai ekspor.
“Sekarang kan dampaknya belum begitu besar karena belum banyak orang yang tahu. Tetapi, setelah event kayak gini harusnya sudah ada pengaruhnya karena kan Cile punya pengaruh ke negara lain karena dia punya perjanjian dengan negara lain. Jadi prospeknya sih bagus sekali untuk Cile dan pemerintah kan punya program untuk buka pasar non tradisional,” kata Diono.
Dalam hal ini, dia juga menyinggung soal ekspor jasa di sektor tourism. Menurutnya, IC CEPA ini juga akan berdampak pada pariwisata Indonesia dan Cile. Sebab, kedua negara ini tidak membutuhkan visa satu sama lainnya.
“Ya sekarang tourism kita harus nya bisa ditingkatkan karena mereka kalau kesini kan tanpa visa. Kita ke Cile juga tanpa visa. Tinggal kita cari rute untuk kesana. Harusnya ada penerbangan langsung karena hubungan bisnis kan berawal dari peorangan.”