Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan inovasi dengan digitalisasi pekerjaan birokrasi membantu Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau Middle Income Trap (MIT) pada 2030.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan apabila Indonesia ingin keluar dari jebakan MIT, sistem kerja yang lebih inovatif dan efisien harus diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dia menyebutkan posisi Indonesia pada MIT sudah sangat lama. Pada 1993, Indonesia sudah lepas dari Lower Income Trap dan beralih ke MIT.
Namun, pada 1997-1998, Indonesia mulai turun lagi ke Lower Income Trap, dan kembali lagi ke MIT pada 2002.
"Kalau kita hitung, sudah 17 tahun kita berada di posisi MIT," jelas Suharso dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (23/11/2019).
Dia menargetkan posisi Indonesia setidaknya bisa naik ke posisi tengah di golongan middle income.
Untuk itu, Kementerian PPN/Bappenas berinovasi dengan menjadi pelopor sistem bekerja digitalisasi atau smart office di lingkungan Kementerian/Lembaga (K/L).
Per 1 Januari 2020, akan dilakukan uji coba sistem kerja dengan membebaskan pegawai fungsional tidak harus bekerja di kantor. Nantinya, pekerjaan para Aparatur Sipil Negara (ASN) akan mengandalkan jaringan internet dan bisa dikerjakan di mana saja.
Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja ASN Kementerian PPN/Bappenas sehingga makin berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Cara kerja ini diyakini lebih efisien dan efektif mendorong produktivitas.
Dia pun menambahkan langkah ini akan menentukan posisi Indonesia ke depan di mata dunia. Sehingga, pertumbuhan ekonomi bisa terdorong naik 6 persen dengan mengandalkan digitalisasi.
Sebagai contoh, lanjut Suharso, di lingkungan Bappenas ada sekitar 1.000 pegawai fungsional. Dia mengklaim sebagian besar pejabat eselon adalah orang pintar yang sudah cukup senior.
Baca Juga
Namun, cara kerja lama yang dilakukan membuat para pegawai ini kesulitan mengatur waktu. Kondisi itu juga membuat cara bekerja kurang optimal dan banyak tekanan.
"Maka kami akan membuat flexible time, remote working. Mudah-mudahan ini akan mengubah gaya kerja ASN kita. Anak-anak muda sekarang suka dengan work-vacation atau bekerja sambil liburan," sambung Suharso.