Bisnis.com, JAKARTA — Produksi minyak sawit Indonesia sampai September 2019 tercatat mencapai 36 juta ton. Angka ini 13% lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun produksi September 2019 turun sekitar 2% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan produksi terjadi di sejumlah provinsi, yakni Sumatra Utara, Kalimantan Tengah, dan Jambi.
Kendati demikian, penurunan produksi ini tertutupi dengan kenaikan produksi di provinsi-provinsi lain.
"Sampai dengan September tahun ini, hujan masih belum turun sehingga telah terjadi defisit air yang memengaruhi pembentukan bunga betina," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis, Rabu (20/11/2019).
Selain itu, sambung Mukti, kemarau panjang sepanjang 2019 juga menyebabkan pemupukan masih belum dapat dilakukan. Kedua hal tersebut akan berpengaruh pada pencapaian produksi tahun depan.
Data Gapki menunjukkan bahwa sekitar 26 juta ton dari produksi diserap oleh pasar ekspor. Volume ekspor tersebut naik 13% dibandingkan ekspor Agustus 2019 dan naik 4% dibandingkan ekspor pada periode Januari-September 2018.
Baca Juga
Sementara itu, konsumsi domestik minyak sawit sampai dengan September mencapai 13,1 juta ton atau naik 38% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pemanfaatan sawit untuk biodiesel masih menjadi penyerap utama yang tercatat meningkat dua kali lipat.
Dengan produksi, ekspor, dan konsumsi tersebut, stok minyak sawit pada September 2019 turun 2% dibandingkan stok bulan sebelumnya menjadi 3,73 juta ton. Dari segi harga, minyak sawit telah menunjukkan kenaikan yang konsisten sejak Juli 2019 dan mencapai US$680 CIF Rotterdam.
"Selain karena memasuki musim dingin, di mana harga lemak dan minyak pada umumnya naik, kenaikan juga disebabkan oleh turunnya stok karena produksi yang kurang baik serta kekhawatiran berkurangnya ekspor minyak sawit Indonesia karena digunakan untuk energi," tutur Mukti.