Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian menargetkan produksi kedelai pada tahun depan sebanyak 1,12 juta ton, jauh di bawah target 2019 yang mencapai 2,8 juta ton. Ketergantungan akan impor komoditas itu masih membayangi industri pangan di sisi hilir.
Penetapan target itu dibuat berdasarkan capaian produksi kedelai sepanjang Januari—Oktober 2019 yang hanya 480.000 ton atau baru 16,4% dari target. Capaian itu merupakan yang terendah di sektor tanaman pangan sepanjang periode itu.
Dalam laporan yang disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kepada Komisi IV DPR RI saat rapat kerja pada Senin (18/11/2019), angka realisasi ini terpaut jauh dari angka produksi padi dan jagung. Syahrul mengemukakan capaian produksi kedelai yang jauh dari target tak lepas dari sejumlah kendala.
Minat petani untuk menanam komoditas ini diungkapkannya masih rendah. Hal ini pun diperburuk dengan terbatasnya ketersediaan benih kedelai di lapangan.
“Harga benih belum menimbulkan daya tarik bagi produsen benih untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Di tingkat petani harga kedelai pun rendah,” ujar Syahrul.
Syahrul pun menjelaskan bahwa sejauh ini belum ada regulasi yang mendukung tata niaga kedelai seperti belum adanya mekanisme yang mengatur penyerapan kedelai lokal oleh Perum Bulog dengan harga acuan.
Di sisi lain, pengembangan area penanaman kedelai pun masih jauh dari target pemerintah yang dipatok di angka 616.105 hektare (ha). Sampai Oktober, area pengembangan baru mencakup lahan seluas 115.318 ha.
Sejatinya Kementan sempat menargetkan swasembada kedelai pada 2018. Kementan juga mengklaim selama 4 tahun terakhir terjadi pertumbuhan produksi 11,52%, produktivitas 0,52%, dan luas panen 11,6%.
Namun sampai dengan akhir tahun lalu, impor kedelai masih cukup tinggi, yakni 2,42 juta ton. Padahal, produksi dalam negeri hanya berkisar 982.598 ton.