Bisnis.com, TOKYO - AGC Inc meminta harga gas industri di Indonesia dapat diturunkan di bawah kisaran US$9 per mmbtu sehingga mendukung daya saing anak perusahaannya di pasar domestik dan global.
AGC Inc memiliki anak perusahaan di Indonesia yakni PT Asahinas Flat Glass Tbk dan PT Asahimas Chemical.
Persoalan mengenai harga gas industri yang belum kompetitif ini menjadi salah satu isu yang disampaikan oleh Executive Officer Regional President Asia Pacific General Division Building & Industrial Glass Company AGC Inc, Masahiro Takeda, dalam pertemuannya dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Tokyo, Senin (18/11/2019).
"Harga gas sangat memengaruhi competitivness dari industri kaca lembaran. Jadi kami meminta harga gas dapat diturunkan jadi lebih rendah," ujar Masahiro Takeda seusai bertemu Menperin.
Asahimas Flat Glass, kata Mashiro Takeda, saat ini bersaing dengan industri kaca lembaran dari Malaysia dan China yang juga menggarap pasar Indonesia. Adapun di Malaysia dan China, harga gas industri lebih rendah dibandingkan dengan di Indonesia.
"Harga gas industri di Indonesia saat ini di kisaran US$9 mmbtu. Kami berharap harga gas jangan naik, bahkan kalau bisa diturunkan. Karena harga gas naik menghilangkan daya saing kami," paparnya.
Komponen biaya energi menyerap sekitar 25 hingga 30 persen dari biaya produksi perusahaan.
Asahimas Flat Glass merupakan kerja sama AGC Inc. dengan PT Rodamas Indonesia. Baru-baru ini, Asahimas Flat Glass meningkatkan kapasitas agregat terpasangnya dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara untuk produksi kaca float, kaca otomotif, kaca pantul (reflektif), kaca coated, dan cermin.
Perusahaan menutup pabrik di Ancol berkapasitas 120.000 ton per tahun, dan digantikan pabrik Cikarang berkapasitas produksi 420.000 ton per tahun.
"Utilisasi pabrik hampir penuh. Produksi kami untuk domestik dan ekspor. Ekspor sekitar 40 persen," kata Takeda.