Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Meninggalkan Layanan TV Kabel Kembali Merebak

Tren cord-cutter atau memutus layanan televisi berbayar sebenarnya sudah dimulai sejak 2013, saat penyedia layanan streaming seperti Netflix dan Hulu mulai menyajikan konten original yang menjanjikan.
Netflix/Digitaltrends
Netflix/Digitaltrends

Bisnis.com, JAKARTA -- Tren cord-cutter atau memutus layanan televisi berbayar sebenarnya sudah dimulai sejak 2013, saat penyedia layanan streaming seperti Netflix dan Hulu mulai menyajikan konten original yang menjanjikan.

Gerakan penghematan ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh pelanggan yang berminat untuk pindah ke layanan streaming berbayar saja, melainkan karena harga berlangganan TV kabel yang terus meningkat sehingga mereka merasa perlu melakukan penyesuaian anggaran hiburan.

Dalam sebuah artikel yang dirilis Bloomberg, konsumen diperkirakan menghabiskan dana sekitar US$100 per bulan untuk membayar tagihan TV kabel.

Meskipun beberapa cord-cutters konsisten dengan penolakan mereka terhadap tagihan yang mahal, hingga Oktober lalu masih ada lebih dari 80 juta pengguna di AS yang menggunakan layanan TV kabel maupun satelit.

"Angka tersebut akan berkurang, namun tidak akan sepenuhnya hilang selama izin khusus untuk siaran olahraga, seperti sepak bola, masih dikuasai oleh TV tradisional," dikutip melalui Bloomberg, Kamis (14/11).

Cord-cutting, yang dulunya dianggap sebagai fantasi, kini menjadi kenyataan. Saham Disney sempat melemah, sama halnya dengan perusahaan media lainnya di Amerika Serikat.

Sejumlah analisis sepakat bahwa penyebab utamanya adalah kehadiran Netflix Inc., yang merupakan layanan streaming berbayar terbesar di dunia.

Netflix menawarkan kepada pelanggannya alternatif yang lebih murah dan bebas iklan serta memungkinkan pengguna menonton apa yang mereka inginkan, kapanpun mereka mau.

Sebagian besar survey melaporkan bahwa rata-rata konsumen memiliki akses ke tiga atau lebih, layanan streaming berbayar.

Netflix, Amazon, dan Hulu memiliki basis pelanggan yang solid dan secara harga berlangganan masih terjangkau bagi konsumennya.

CEO Walt Disney Co. Bob Iger mengatakan bahwa sejak 2015 industri televisi berbayar sudah sadar bahwa jumlah pelanggannya terus berkurang.

Selama bertahun-tahun, Iger dan rekan-rekannya telah melisensikan acara TV dan film paling populer mereka untuk Netflix, pada dasarnya menggali kuburan mereka sendiri untuk keuntungan jangka pendek.

Tetapi pada saat itu Iger menyangkal dan membela langkah itu sebagai keputusan ekonomi yang cerdas.

Empat tahun lalu, Iger masih menganggap Netflix sebagai mitra yang sangat penting bagi perusahaannya. 

"Kami memandang mereka sebagai teman daripada musuh karena mereka telah menjadi pelanggan kami yang agresif," ujar Iger pada waktu itu.

Pada 2019, Disney memutuskan untuk membangun sendiri jaringan layanan streamingnya, yang diberi nama Disney+, dan menarik sejumlah koleksi film dan acara televisinya dari Netflix.

Selain Disney+, tahun ini Apple Inc. juga merilis layanan streaming berbayarnya yakni Apple TV+.

Di susul oleh Peacock milik Comcast Corp. dan HBO Max yang akan diluncurkan oleh AT&T.

Ini merupakan kompetisi media yang akan menyerap banyak dana, di mana biaya untuk membuat program TV diperkirakan akan meroket

Biaya produksi rata-rata pertunjukan populer telah melonjak 30% hanya dalam 12 bulan, menurut Ted Sarandos, Direktur Konten Netflix.

Netflix menghabiskan US$15 miliar untuk pemrograman tahun ini, sementara Amazon, AT&T, Comcast, dan Disney meningkatkan output mereka ke level yang sebanding.

Itu adalah berita buruk bagi jaringan pada kabel tradisional. Jumlah pemirsa telah menurun dua digit setiap tahunnya.

Sekarang perusahaan media besar cenderung memproduksi program acara terbaik mereka untuk layanan streaming.

"TV kabel akan menjadi pihak yang dirugikan. Biaya langganan US$90 per bulan kini tidak sebanding dengan konten yang mereka tawarkan," kata Rich Greenfield, analis dari LightShed Partners.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper