Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Sriwijaya Air Group untuk mengakhiri kerja sama operasi dengan Garuda Indonesia Group dinilai sebagai indikasi kinerja maskapai sudah mulai membaik.
Pemerhati penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI Alvin Lie menilai pemilik Sriwijaya Air saat ini telah yakin perusahaan mereka cukup baik dan sudah saatnya untuk kembali mandiri. Dia meminta Garuda diharapkan menghormati keputusan tersebut.
Keputusan Sriwijaya untuk kembali mandiri, lanjutnya, menjadi bukti keberhasilan Garuda dalam mengelola dan memperbaiki kinerja selama 1 tahun terakhir.
"Saya yakin putusan pemegang saham Sriwijaya ini tidak dipengaruhi oleh pihak lain. Ini murni pada kondisi maskapai sudah sehat dan cukup baik untuk mengelola perusahaan secara mandiri mulai saat ini," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (10/11/2019).
Dia mengklaim mengetahui proses awal Sriwijaya Air meminta bantuan kepada Garuda agar tidak berhenti beroperasi pada akhir 2018. Utang yang cukup besar kepada PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk., serta sejumlah BUMN membuat di tengah kerugian keuangan menjadi alasan utama.
Alvin senang saat Garuda memutuskan untuk bersedia memberikan bantuan. Bila sampai berhenti beroperasi, nasib sekitar 6.000 karyawan Sriwijaya Air akan kehilangan mata pencahariannya.
Baca Juga
Garuda, imbuhnya, juga mempertimbangkan risiko tunggakan utang Sriwijaya Air kepada beberapa BUMN yang tergolong aset negara apabila mereka berhenti beroperasi. Selain itu, mengutamakan keseimbangan industri penerbangan nasional.
Menurutnya, emiten berkode GIAA telah memperbaiki sistem dan standar layanan, perawatan, keselamatan, dan pengelolaan SDM di Sriwijaya sehingga mereka mengalami perubahan yang signifikan.
"Bagi saya, pertimbangan menjaga reputasi dan safety penumpang di industri penerbangan menjadi sangat penting. Setelah beberapa penutupan maskapai penerbangan dan kecelakaan pesawat di Indonesia, risiko industri, dan keselamatan penerbangan menjadi perhatian banyak pihak khususnya investor global," ujarnya.