Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada 2019 akan lebih baik dari 2018.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan ada perbaikan CAD kuartal III/2019 menjadi 2,66%-2,7% dari PDB, menyempit dibandingkan dengan kuartal II/2019 sebesar 2,98%-3% dari PDB.
Hal ini tercermin dalam laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), kuartal III/2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit US$46 juta, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya US$2,0 miliar.
Secara lebih teperinci, CAD pada kuartal III/2019 tercatat sebesar US$7,7 miliar. Menurut Dody, pencapaian ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$8,2 miliar
Dia menilai, perbaikan ini sudah menunjukkan adanya perbaikan pada beberapa sektor misalnya; manufaktur, vehicle, dan emas. Sebaliknya untuk minyak sawit, atau crude palm oil (CPO) menunjukkan stagnasi.
“Perbaikan pada ekspor dan impor masih mencatat perlambatan pertumbuhan karena didorong oleh ekonomi kita sendiri yang lebih lambat,” jelas Dody di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (8/11/2019).
Dia menyatakan, dengan pencatatan CAD yang membaik, maka kuartal IV/2019 berpeluang bisa lebih baik. Hal ini dipicu juga dengan sudah ada implementasi dari pemangkasan suku bunga acuan sudah akan terasa.
“Selain itu, pada 2020 sektor riil akan lebih signifikan [pertumbuhannya], sentimen ekspektasi positif sudah akan tercermin di kuartal IV nanti, dan memberikan gambaran PDB kita bisa di atas 5,02%,” kata Dody.
Dody memprakirakan, total CAD pada 2019 akan berkisar pada 2,5% sampai 3% dari PDB. Meski demikian dia optimistis pencatatan CAD tahun ini tidak akan melampaui CAD 2018 sebesar 2,98% dari PDB.