Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Transaksi Berjalan Kuartal III/2019 Mengecil Jadi US$7,7 Miliar

Berdasarkan data yang dirilis BI, Jumat (8/11/2019), defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2019 tercatat sebesar US$7,7 miliar atau 2,7% dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$8,2 miliar atau 2,9% dari PDB.

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia melaporkan bahwa defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2019 membaik didukung oleh menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil.

Berdasarkan data yang dirilis BI, Jumat (8/11/2019), defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2019 tercatat sebesar US$7,7 miliar atau 2,7% dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$8,2 miliar atau 2,9% dari PDB.

"Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil," tulis BI melalui keterangan resminya.

Membaiknya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh impor migas yang menurun sejalan dengan dampak positif kebijakan pengendalian impor, misalnya program B20.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat stabil di tengah perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun.

Defisit neraca transaksi berjalan yang membaik juga didukung oleh penurunan defisit neraca pendapatan primer akibat lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.

Sebelumnya, Prospera Lead Adviser Anton H. Gunawan memperkirakan sampai akhir tahun ini,  defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), akan berada pada kisaran 2,8% sampai 3% dari PDB.

Menurut Anton, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), hingga CAD sangat berkorelasi dan juga tergantung dari pencapaian pertumbuhan ekonomi setiap kuartal. Padahal, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2019 juga tumbuh melambat dari kuartal sebelumnya 5,05% (yoy) menjadi 5,02% (yoy).

“Sampai kuartal II/2019 lalu itu katakanlah 2,98% sampai 3% dari PDB, ini kita bisa lihat kasarnya saja sekarang ini ekspor turun, impor juga turun, namun impor lebih besar jadi ekspor masih surplus,” terang Anton di Le Meridien kepada Bisnis.com, Kamis (7/11/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper