Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Industri Jerman Memburuk, Jalan Pemulihan Masih Panjang

Produksi industri Jerman dilaporkan memburuk pada September. Fakta ini serta merta mengurangi tanda-tanda perbaikan di zona euro dan negara berekonomi terbesarnya itu.
Karyawan produsen mobil Jerman Porsche mengerjakan Porsche 911 di pabrik Porsche di Stuttgart-Zuffenhausen, Jerman, 19 Februari 2019. /Reuters-Ralph Orlowski
Karyawan produsen mobil Jerman Porsche mengerjakan Porsche 911 di pabrik Porsche di Stuttgart-Zuffenhausen, Jerman, 19 Februari 2019. /Reuters-Ralph Orlowski

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi industri Jerman dilaporkan memburuk pada September. Fakta ini serta merta mengurangi tanda-tanda perbaikan di zona euro dan negara berekonomi terbesarnya itu.

Dilansir dari Bloomberg, produksi industri Jerman turun 0,6 persen pada September 2019, lebih besar dari perkiraan para ekonom untuk penurunan 0,4 persen. Penurunan ini dipicu oleh manufaktur, sementara konstruksi dan energi meningkat.

Adapun secara tahunan, produksi industri Jerman turun 4,3 persen pada akhir kuartal ketiga.

Padahal, pada Rabu (6/11/2019), permintaan untuk manufaktur Jerman dilaporkan naik 1,3 persen pada September, jauh melampaui estimasi untuk kenaikan sebesar hanya 0,1 persen.

“Pelemahan dalam industri belum diatasi. Namun, sedikit peningkatan baru-baru ini dalam pesanan dan ekspektasi bisnis mencerahkan prospek untuk kuartal keempat,” terang Kementerian Ekonomi dalam sebuah pernyataan pada Kamis (7/11/2019).

Laporan produksi industri menunjukkan bahwa jalan menuju pemulihan masih akan panjang. Kepada Bloomberg TV, CEO Siemens AG Joe Kaeser menuturkan perkiraannya bahwa penurunan akan "meningkat selama enam bulan ke depan".

Di sisi lain, Siemens memperingatkan bahwa pelemahan dalam industri peralatan mobil dan pabrik akan menyebabkan penurunan dalam beberapa volume bisnis tahun depan.

“Data produksi September melengkapi gambaran untuk kuartal ketiga dan menunjukkan industri bertindak sebagai hambatan besar pada pertumbuhan ekonomi,” ujar Ekonom Bloomberg, Jamie Rush.

“Asumsikan pertumbuhan dalam layanan sedikit lebih lambat juga, dan sepertinya ekonomi sedikit berkontraksi pada kuartal ketiga yang akan menandai resesi teknis,” tambahnya.

Pelemahan yang terus berlanjut memberi tekanan lebih lanjut pada pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran fiskal.

Saat mengakhiri masa jabatannya pekan lalu, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi menyerukan dukungan fiskal dari pemerintah negara-negara kawasan euro. Penggantinya, Christine Lagarde, diperkirakan akan melanjutkan upaya tersebut.

Pada September, ECB meluncurkan paket stimulus moneter baru yang kontensius sebagai bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali pertumbuhan dan inflasi.

Akan tetapi, Jerman berpegang teguh pada sikapnya bahwa mesin ekonomi Eropa ini akan melalui kondisi itu tanpa lecutan pada belanja.

Pada Rabu (6/11), Menteri Keuangan Olaf Scholz mengatakan tidak adanya kebutuhan mendesak paket stimulus fiskal untuk memacu pertumbuhan.

Momentum perekonomian mungkin akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang seiring dengan menyurutnya ketidakpastian.

Pemerintah China dan AS dikabarkan telah sepakat untuk secara proporsional mengurangi tarif barang satu sama lain secara bertahap. Kesepakatan semacam itu akan menjadi kabar baik bagi Jerman yang bergantung pada ekspor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper