Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha memprediksi kebutuhan impor garam pada tahun depan akan tumbuh 5% dari alokasi kuota impor yang disediakan pemerintah pada tahun ini sebesar 2,7 juta ton.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara mengatakan proyeksi itu didasarkan pada pertumbuhan industri pengguna garam impor yang diprediksi tumbuh 5% pada 2020. Adapun, industri tersebut a.l. aneka makanan, kertas, kimia dan tekstil.
“Kami maunya menggunakan garam domestik untuk industri, namun spesifikasinya kurang sesuai untuk sejumlah industri. Maka dari itu, impor masih menjadi solusi dan dengan adanya pertumbuhan industri, maka kebutuhan impor juga akan naik,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis.com, Selasa (5/11/2019).
Dia pun meyakini, kuota impor garam yang diberikan oleh pemerintah pada tahun ini sebesar 2,7 juta ton akan dapat direalisasikan seluruhnya hingga akhir tahun. Sebab, kuota tersebut telah disesuaikan dengan perkiraan kebutuhan dalam negeri pada tahun ini.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengamini hal tersebut. Dia menyebutkan pada tahun depan kebutuhan garam impor akan tumbuh seiring proyeksi pertumbuhan industri mamin sebesar 5%.
“Tahun depan kebutuhan garam impor dari sektor mamin akan tumbuh setara pertumbuhan industri kami,” ujarnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Wisnu Wardhana mengatakan, hingga Oktober realisasi impor garam telah mencapai 2,216 juta ton. Menurutnya Kemendag telah menerbitkan surat persetujuan impor (SPI) sesuai dengan kuota impor yang diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas di Kemenko Perekonomian pada awal tahun ini, yakni 2,7 juta ton.
“Tinggal bagaimana industrinya, apakah akan merealisasikan sisa kuota impornya atau tidak. Namun yang jelas, SPI sudah kami terbitkan sesuai kuota impor yang diberikan awal tahun,” ujarnya usai menghadiri rakortas garam di Kemenko Perekonomian, Selasa (5/11).
Namun demikian dia tidak menyebutkan berapa perusahaan importir garam yang telah mendapatkan SPI pada tahun ini.
Adapun, dengan proyeksi naiknya kebutuhan impor garam pada tahun depan sebesar 5% dari alokasi impor pada tahun ini, maka alokasi impor pada tahun depan bisa mencapai 2,85 juta ton. Di sisi lain, pemerintah menargetkan produksi garam nasional pada tahun depan mencapai 3 juta ton.
Dengan asumsi perkiraan kuota impor ditambah target produksi nasional pada tahun depan, maka stok garam Indonesia akan mencapai 5,85 juta ton. Sementara itu, apabila kebutuhan garam industri yang diperkirakan tumbuh 5% dari kebutuhan tahun ini maka total kebutuhan garam dalam negeri diprediksi mencapai 4,4 juta ton. Alhasil, hingga akhir tahun depan Indonesia akan mengalami kelebihan stok garam sekitar 1,4 juta ton.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Eddy Prabowo mengatakan Indonesia masih belum bisa lepas dari impor garam. Pasalnya, kemampuan produksi dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama untuk spesifikasi garam khusus.
Salah satu jenis garam yang belum bisa diproduksi secara penuh di dalam negeri adalah garam yang mengandung hlor alkali plant (CAP).Untuk itu dia sedang mengupayakan adanya area produksi garam jenis tersebut di Indonesia.
“Kami sedang upayakan adanya lahan untuk produksi garam CAP di Nusa Tenggara Timur. Lahan yang disiapkan pemerintah untuk produksi garam itu mencapai 400.000 hektare. Apabila kita bisa memenuhi seluruh kebutuhan dan spesifikasi garam domestik, maka impor tidak akan lagi kami lakukan,” jelasnya.