Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya harga daging babi menekan konsumsi santapan berbahan baku hewan ini di seantero China. Satu demi persatu restoran terpaksa mengurangi porsi ataupun menyingkirkan menu makanan dengan daging babi.
"Kami hampir-hampir tidak mampu membayarnya,” tutur Tang Jie, seorang warga kota Chengdu dalam suatu konferensi babi pada Oktober.
“Restoran-restoran mengubah menu mereka dan menggunakan lebih sedikit daging babi karena tingginya harga,” tambah Tang.
Di Beijing selatan, seorang pemilik restoran kecil mengatakan harus mengambil risiko kehilangan pelanggan dengan menaikkan harga hidangan daging babi rebusnya yang populer sebesar 17 persen menjadi 68 yuan.
Dia mengatakan tidak bisa menyerap biaya daging yang telah melonjak hampir 70 persen pada September setelah jumlah babi turun lebih dari 40 persen dari tahun sebelumnya akibat terdampak demam babi Afrika.
Keduanya hanyalah segelintir dari warga China yang terdampak wabah mematikan yang telah menghancurkan ternak babi di negeri ini.
Lonjakan harga daging babi, daging pokok bagi masyarakat China, masih bisa berjalan beberapa bulan ke depan. Konsumsi daging babi di pasar terbesar dunia ini pun terancam merosot hingga separuhnya.
“Tidak ada cukup daging di dalam negeri, atau secara global, untuk China,” ujar Ma Chuang, Wakil Sekretaris Jenderal di Asosiasi Ilmu Hewan dan Kedokteran Hewan di Beijing, seperti dilansir melalui Bloomberg (Selasa, 5/11/2019).
Menurut Cheng Guangyan, Direktur Institut Pengembangan Pangan dan Gizi Kementerian Pertanian di Beijing, dengan harga saat ini, konsumsi daging babi negara itu bisa turun 50 persen.
Rumah tangga di China kini beralih ke sumber protein lain, seperti daging sapi dan unggas. Hal ini menyulut kekhawatiran pemerintah dan Bank Sentral China terkait inflasi.
Rekor harga daging babi dalam negeri juga mendorong impor daging ke level yang luar biasa. Impor daging babi melonjak lebih dari 70 persen pada September dari tahun sebelumnya, sedangkan daging sapi naik lebih dari 50 persen.
Dalam upaya terbarunya untuk mengisi kesenjangan pasokan, China telah menyetujui pengiriman jeroan babi dari tujuh pabrik di Brasil.
Ketidakseimbangan global dalam permintaan dan penawaran diperkirakan akan mendorong pasar yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dalam beberapa bulan mendatang, menurut Rabobank.
“Kenaikan harga sendiri belum dapat memperburuk prospek China karena para petani menunda pemotongan untuk membiarkan babi mereka tumbuh lebih besar sambil mempertahankan lebih banyak induk babi untuk berkembang biak,” ungkap Jim Huang, kepala perusahaan konsultan independen www.china-data.com.cn.
Huang memperkirakan harga daging babi akan mencapai 60 yuan per kilo pada akhir 2019 karena pasokan anjlok 70 persen dari tingkat tahun lalu.