Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DIREKTUR UTAMA LOOKMAN DJAJA KYATMAJA LOOKMAN : "Kami Harus Kolaborasi"

PT Lookman Djaja Logistics merupakan salah satu perusahaan keluarga yang masih eksis dan terus berkembang hingga kini. Perusahaan yang berdiri sejk 1985 itu telah merambah ke segala sektor.
Wakil Ketua Umum Aptrindo, Kyatmaja Lookman
Wakil Ketua Umum Aptrindo, Kyatmaja Lookman

Bisnis.com, JAKARTA – PT Lookman Djaja Logistics, perusahaan jasa ekspedisi ini merupakan salah satu perusahaan keluarga yang masih eksis dan terus berkembang. Untuk mengetahui langkah dan strategi perusahaan yang lahir pada 1985 tersebut, Bisnis.com mewawancarai Kyatmaja Lookman, Presiden Direktur PT Lookman Djaja Logistics. Berikut petikannya.

Bisa dikisahkan awal mulai lahirnya Lookman Djaja?

Lookman Djaja berdiri 1985 dimulai dari ayah saya, Bapak Kandradi Lookman sebagai generasi pertama. Bisnis ini awalnya karena by accident alias bukan direncanakan dari semula untuk berbisnis angkutan.

Semula Pak Kandradi memulai dari usaha mendistribusikan buah impor dan lokal dari Jakarta ke Surabaya dan sebaliknya. Seiring dengan berjalannya waktu, orderan semakin banyak hingga akhirnya bisa mulai menambah mobil dan merekrut driver karena tidak mungkin disopiri sendiri.

Namun, karena buah itu musiman, maka ketika tidak ada buah yang bisa diangkut, akhirnya mengangkut barang lain seperti elektronik, kalender, dll. Barang seperti itulah yang diangkut awalnya, hingga berbisnis sebagai perusahaan transportasi angkutan barang sampai sekarang.

Kapan Anda terjun langsung di perusahaan keluarga ini?

Saya bergabung di perusahaan keluarga ini pada 2005, sehabis menyelesaikan kuliah S1 dan S2 di Australia. Sebelum pulang ke Indonesia, saya sempat bekerja sebentar di perusahaan blanket, supermarket dan sales di perusahaan elektronik di Australia.

Pernah menjadi wakil direktur sales, dan lainnya di Australia itu cukup memberikan pengalaman berharga buat saya. Lalu, adik saya mulai join 2010, dan kami terus tumbuh berkembang saat itu.

Sampai sekitar 2013—2014 mencapai peak season. Sejak saat itu, komoditas mulai drop. Sekarang sekitar 2017 mulai rebound dan sudah mulai membaik kembali meski tantangannya berat.

Apakah dalam mengembangkan bisnis keluarga ini Anda hanya fokus di sektor logistik atau juga diversifikasi?

Di dalam perjalanannya, kami melakukan diversifikasi usaha di berbagai macam bidang selain di sektor logistik. Pada 2014 mulai masuk ke terminal multimoda di Bojong, Kabupaten Bekasi. Namun, memang kendalanya pada saat ini cukup lama realisasinya. Masih dalam proses, karena terkait lambannya sejumlah regulasi dari pemerintah.

Terminal multimoda dikembangkan karena waktu itu pada awal periode pertama Presiden Jokowi gencar pengembangan transportasi massal penumpang. Nah, kami coba mulai mengarah ke transportasi massal untuk barang.

Mudah-mudahan segera selesai, karena memang menunggu Perpres No. 54 tentang Tata Ruang Jabodetabekjur. Setelah itu kami baru bisa naik ke next stage. Namun seiring dengan itu, saat ini kami masih fokusnya di truk.

Selain itu, kami juga menjajaki bisnis karoseri. Ini lahir karena untuk merespons begitu kompleksnya peraturan ODOL [overdimension overload]. Kami sebagai pengusaha truk kadang aturannya tidak terlalu jelas ketika beli kendaraan. Tahu-tahu beli di dealer, dibuat di karoseri, tetapi setelah mobil itu selesai ternyata enggak bisa dipakai, karena dianggap melanggar aturan.

Sejak bergabung, sejumlah inovasi bisnis apa saja yang Anda hadirkan?

Pada 2005 saya mulai di Surabaya, dan setahun setelahnya baru pindah ke Jakarta. Saya mulanya mempelajari dulu apa usaha ini, walaupun dulu sehari-hari saat masih kecil juga melihat langsung, karena rumah dan kantor menjadi satu. Akan tetapi, ini berbeda ketika menangani sendiri.

Waktu itu kendaraan kami sekitar 50-an unit. Saat itu, saya ambil posisi bagian yang tidak sama dengan ayah saya, sehingga tidak banyak bertentangan. Karena banyak suksesi di bisnis keluarga ke generasi berikutnya itu gagal karena kebanyakan persoalan friksi internal.

Ayah saya suka di operasional, HRD juga diurusi sendiri. Saya memosisikan sebagai marketing saja, yang tugasnya ekspansi bisnis. Nah, waktu itu mulai bertambah unit kami, karena seiring bertambah customer, unit pasti juga bertambah.

Sejumlah channel dan jaringan juga semakin luas dan kuat seiring dengan keaktifan saya di organisasi Aptrindo sejak 2012. Waktu itu juga ada Asosiasi Logistik Indonesia [ALI], Supply Chain Indonesia [SCI], mengingat di organisasi ini tempat berkumpulnya customer.

Sampai 2014, kami mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Kendaraan menjadi sekitar 120-an unit. Jumlah armada kami saat ini mencapai 306 unit. Jumlah ini masih akan terus berkembang.

Apa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan industri ini?

Untuk masuk di bisnis angkutan ini sebenarnya tidak terlalu susah. Artinya, ketika telah punya izin, seperti SIUP, SIUJPT, ataupun SIUPAL, atau apapun izin lain yang di punya, lalu beli truk dan punya uji KIR dan STNK, maka sudah jadi pengusaha truk. Kalau bus masih ada izin trayek.

Nah, sekarang dengan adanya perkembangan teknologi informasi seperti hadirnya sejumah aplikasi sekitar 2—3 tahun ini, juga mulai memudahkan orang masuk ke bisnis ini. Memang pertumbuhan angkutan secara keseluruhan bertumbuh tetapi lebih banyak ke konstruksi. Kita 5 tahun belakangan ini enggak terlalu ekspansif, jadi ini maintenance saja ini posisinya.

Kondisi global juga pasti pengaruh, karena ada perang dagang antara Amerika Serikat-China. Ini sudah berjalan 4 tahun. Sekarang commodity price turun, seperti batu bara dan sawit. Padahal, saat batu bara dan sawit bagus, itu cukup mendongkrak ekonomi kita.

Kini bisnis kurir online juga mulai berkembang signifikan. Terakhir, kalau tidak salah tercatat sekitar hampir 3.000 pengusaha jasa kurir lahir, sedangkan dulu hanya bisa dihitung jari.

Kami sebagai pebisnis truk yang sifatnya lebih offline ini pun, yang dulunya order size besar sekarang menjadi lebih kecil karena dibagi kurir online. Selain itu, toko-toko offline itu juga sekarang order size-nya juga tidak bisa banyak. Dengan demikian, kami ke depan juga harus melakukan realignment.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper