Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo diharapkan benar-benar cermat saat memilih tokoh-tokoh yang akan membantunya dalam Kabinet Kerja Jilid II.
Pasalnya, postur kabinet akan menjadi faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya visi Jokowi, terutama terkait pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Senior Indef Enny Sri Hartati menilai tantangan sektor ekonomi akan makin sulit ke depannya, karena masih ada pekerjaan rumah yang belum selesai pada masa pemerintahan pertama Jokowi.
“Tantangannya multidimensional, tidak hanya eksternal tapi juga ada banyak pekerjaan rumah yang seharusnya diselesaikan 5 tahun kemarin tapi justru malah bertambah, bukannya makin berkurang. Sehingga, ketika dihadapkan dengan kondisi eksternal yang makin kompleks, bebannya jadi dobel,” paparnya dalam diskusi VISI bertajuk “Mencermati Kabinet Jokowi Jilid II” di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019).
Enny menyoroti perang dagang dan perlambatan ekonomi global sebagai isu yang sudah muncul sejak 5 tahun lalu dan makin terekskalasi dalam 3 tahun terakhir. Indonesia perlu mengantisipasi tren perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan dampaknya terhadap penurunan permintaan, penurunan produksi, serta permintaan bahan baku.
Untuk itu, menurutnya, Indonesia perlu segera melakukan transformasi ekonomi yang memang sudah disampaikan oleh Jokowi dalam pidatonya ketika dilantik menjadi Presiden pada Minggu (20/10). Tetapi, transformasi ekonomi ini akan bisa terealisasi jika Indonesia secara kontinyu mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Baca Juga
Pada periode pertama, Jokowi dipandang lebih banyak menekankan pengembangan SDM lewat program pendidikan vokasional. Kendati tidak salah, strategi ini dinilai hanya mampu menjadi solusi untuk jangka pendek.
“Program vokasi ini hanya shortcut untuk masalah jangka pendek saat itu, yakni demi memenuhi permintaan investor. Untuk jangka panjang, pengembangan SDM berkualitas tidak lewat pendidikan keterampilan, tapi harus disiapkan dari sisi budaya dan pendidikan supaya SDM bisa berkarakter unggul, sehat secara fisik dan rohani. Harus disadari, angka stunting masih cukup tinggi,” papar Enny.
Selain itu, pekerjaan rumah lainnya terkait kepastian hukum. Dalam berbagai macam survei dan rating yang dirilis lembaga internasional, seperti indeks daya saing global, komponen pertama adalah menyangkut kepastian hukum.
“Ini berkaitan dengan berbagai macam regulasi serta transparansi dalam penegakan hukum, efektivitas kinerja kelembagaan, serta praktik penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik,” imbuhnya.