Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Implementasi Berbagai CEPA Berpotensi Picu Lonjakan Impor

Laju impor Indonesia diperkirakan meningkat seiring dengan berlakunya sejumlah pakta kerja sama ekonomi komprehensif pada tahun depan. Defisit neraca perdagangan pun kembali mengintai pada tahun depan.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Laju impor Indonesia diperkirakan meningkat seiring dengan berlakunya sejumlah pakta kerja sama ekonomi komprehensif pada tahun depan. Defisit neraca perdagangan pun kembali mengintai pada tahun depan.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kenaikan impor tersebut menjadi wajar lantaran disebabkan oleh masuknya investasi di Indonesia. Dia memastikan lonjakan tersebut akan lebih banyak diakibatkan oleh impor barang modal dan bahan baku.

“Ke depan, kami perkirakan ada lonjakan impor akibat setelah sejumlah kerja sama ekonomi komprehensif sudah diimplementasikan. Namun kalau yang naik impornya adalah barang modal dan bahan baku penolong, tentu bukan menjadi masalah. Kita harus bedakan impor yang produktif dan yang tidak,” katanya akhir pekan lalu.

Dia melanjutkan pakta kerja sama ekonomi komprehensif akan memiliki manfaat yang besar bagi Indonesia. Pasalnya, kerja sama itu tidak hanya akan berkutat pada perdagangan belaka namun juga penarikan investasi.

Adapun, Kementerian Perdagangan menargetkan pada tahun depan pakta Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dapat diimplementasikan, setelah proses ratifikasi diperkirakan selesai tahun ini. Hal itu akan melanjutkan keberhasilan RI yang telah mengimplementasikan Indonesia-Cile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) yang telah berlaku pada Agustus lalu.

Selain itu pada tahun depan, Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) dan Indonesia-Korea Selatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) juga ditargetkan dapat mulai berlaku.

Menteri Enggartiasto Lukita melanjutkan, guna memperkuat daya tarik investasi di Indonesia setelah sejumlah pakta kerja sama ekonomi komprehensif diberlakukan, pemerintah akan merevisi beberapa peraturan impor dan ekspor yang dinilai memberatkan dunia usaha. Dia mengaku telah menyiapkan revisi terhadap 11 peraturan menteri perdagangan tekait dengan impor dan 7 peraturan mengenai ekspor.

“Kalau kita mau genjot ekspor, maka jangan ada aturan yang membuat eksportir kita justru merasa terikat dari dalam negeri. Kita akan relaksasi karena hal itu sudah menjadi mandat dari Presiden Joko Widodo,” jelasnya.

Dia menyebutkan laju impor yang tinggi akibat impor barang modal dan bahan baku penolong setidaknya akan terjadi pada dua hingga tiga tahun ke depan. Namun menurutnya pada tahun keempat dan selanjutnya, ekspor Indonesia, terutama industri manufaktur akan tumbuh melesat.   

Pasalnya, dia memperkirakan perusahaan-perusahaan yang telah berinvestasi di Indonesia akan mulai mengekspor produk-produknya dari Indonesia. Terlebih Indonesia telah memiliki cukup banyak pakta perjanjian dagang bebas dan kerja sama ekonomi dengan negara lain.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Benny Soetrisno meminta pemerintah tetap mengawal dan mengendalikan laju impor, di tengah kencangnya arus investasi masuk pascaberlakunya beberapa pakta kerja sama ekonomi komprehensif. Dia mengharapkan pemerintah konsisten untuk menerapkan kebijakan penggunaan produk substitusi impor yang ada di dalam negeri.

“Tentu pemerintah tidak boleh lengah. Sebab selama ini impor yang tumbuh masih didominasi produk konsumsi. Selain itu, kalau produk yang dibutuhkan ada di dalam negeri, perusahaan terkait seharusnya pakai produk kita. Jangan sampai menjadi dalih bagi mereka untuk mengimpor produk dari luar, yang sejatinya ada di dalam negeri, untuk kebutuhan bangun pabrik,” katanya.

Dia juga meminta pemerintah memacu kinerja ekspornya lebih kuat. Pasalnya dengan adanya lonjakan impor bahan baku penolong dan barang modal, dikhawatirkan defisit neraca perdagangan akan kembali terjadi pada tahun-tahun mendatang. Kondisi itu menurutnya akan membuat kinerja perekonomian Indonesia menjadi terbebani.

Sementara itu Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperingatkan pemerintah untuk lebih aktif melakukan penetrasi pasar ekspor ke luar negeri. Pasalnya, apabila laju impor tidak diimbangi oleh kinerja ekspor yang kuat, maka akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.

“Pertumbuhan ekonomi akan terbebani karena impor dan ekspor tidak seimbang. Meskipun tujuan impor tersebut bersifat produktif. Perlu ada upaya lebih besar dari seluruh pemangku kebijakan agar ekspor tetap tumbuh kuat,” katanya.

Kendati demikian, dia mengakui dengan adanya sejumlah pakta kerja sama ekonomi komprehensif, akan memberikan dampak positif yang besar bagi perekonomian Indonesia. Dia meyakini, penyerapan tenaga kerja akan meningkat seiring masuknya investasi asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper