Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Sulit, Pertumbuhan Ekonomi Diyakini Masih Capai 5,0 Persen

Ekonom Center for Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan secara pola musimam, kuartal III memang momentum di mana sektor usaha cenderung mengerem laju ekspansi, apalagi saat ini sebatai tahun politik.
Presiden Joko Widodo (tengah kiri) menyampaikan arahan pada rapat terbatas tentang Pembangunan SDM untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/11/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (tengah kiri) menyampaikan arahan pada rapat terbatas tentang Pembangunan SDM untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/11/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA -- Perlambatan kredit investasi dan kredit konsumsi dalam Survei Perbankan Bank Indonesia kuartal III/2019, memberi potensi pesimisme pada target pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Ekonom Center for Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyatakan secara pola musimam, kuartal III memang momentum di mana sektor usaha cenderung mengerem laju ekspansi, apalagi saat ini sebatai tahun politik.

Hal tersebut diafirmasi dalam Survei Perbankan dari Bank Indonesia memerinci, perkembangan tersebut dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal III/2019 sebesar 68,3%, lebih rendah dibandingkan dengan 78,3% pada kuartal sebelumnya.

Yusuf pun memberi contoh selain pola pada 2019, pada 2014 pola penurunan pertumbuhan laju kredit terjadi pula.

"Pada Desember 2014, pertumbuhan total untuk kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi mencapai 11%, padahal pada tahun sebelumnya, periode waktu yang sama pertumbuhan ketiga jenis kredit tersebut mencapai 21%," ujar Yusuf kepada Bisnis.com, Rabu (16/10/2019).

Tahun ini, selain faktor tahun politik Yusuf menilai perlambatan kredit juga dipengaruhi oleh sentimen ekonomi. Utamanya kondisi ekonomi global yang masih memperlihatkan pesimisme sampai tahun depan.

"Ini diperkuat berdasarkan prediksi lembaga-lembaga internasional yang kompak menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi," sambungnya.

Yusuf juga menyatakan perlambatan kredit konsumsi untuk sektor perdagangan, konstruksi, dan manufaktur sudah tercermin dari sejumlah survei.

Dia menyebut, dalam Prompt Manufacturing Index (PMI) dari Bank Indonesia yang rilis awal Oktober lalu, PMI tercatat hanya 52,04% pada kuartal III/2019. Angka ini sedikit lebih rendah daripada 52,66% pada kuartal II/2019.

Di samping itu, Yusuf juga menilai transmisi penurunan suku bunga acuan yang direlaksasi tiga kali tahun ini ke suku bunga kredit, belum siginifikan. Terutama guna mendorong pelaku usaha mengajukan kredit ke perbankan untuk melakukan ekspansi usaha.

"Tentu, dengan rendahnya penyalurkan kredit artinya ruang untuk melakukan ekspansi pengusaha semakin kecil, jika ini berdampak secara luas ke sektor-sektor riil, tentu ini sedikit banyak akan berpotensi buruk terhadap pertumbuhan ekonomi," ungkap Yusuf.

Berkaca dari serangkaian kondisi tersebut, Yusuf mengaku 3 bulan menuju akhir 2019 memerlukan langkah ekstra membidik pertumbuhan 5,1%.

Dia juga menilai, meskipun kabinet baru akan diumumkan akhir Oktober ini, belum ada jaminan optimisme dari pelaku usaha, maupun jaminan mulainya geliat ekspansi dari pelaku usaha.

Menurutnya, pelaku usaha akan lebih fokus terhadap perencanaan tahun depan. Di samping itu pelaku usaha masih menunggu efek transmisi penurunan suku bunga acuan ke suku bunga kredit di level yang lebih rendah dibandingkan dengan sekarang.

Oleh sebab itu, Yusuf memprakirakan lebih realistis mengoreksi pertumbuhan sampai akhir 2019 pada kisaran 5,0%.

"Itu pun didukung masih tumbuhnya konsumsi domestik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper