Bisnis.com, JAKARTA — PT Jasa Marga (Persero) Tbk. memperkirakan volume lalu lintas di jalan tol Jakarta—Cikampek kembali ke level optimal setelah pengoperasian jalan tol layang Jakarta—Cikampek II dimulai pada Desember 2019.
Volume lalu lintas di jalan tol Jakarta—Cikampek (Japek) sempat melandai sejak 2017 seiring dengan pekerjaan konstruksi jalan tol layang Japek II. Di samping itu, pembangunan infrastruktur kereta ringan (light rail transit), tol Cibitung Jakarta—Cikampek Cilincing dan Kereta Cepat Jakarta Jakarta—Bandung yang bersinggungan dengan jalan tol berdampak langsung terhadap penurunan trafik.
Berdasarkan data Jasa Marga, lalu lintas di jalan tol Japek pada 2018 mencapai 181,60 juta kendaraan. Jumlah tersebut turun 18,10 persen dibandingkan dengan posisi 2016 sebesar 221,75 juta kendaraan. Sejalan dengan penurunan trafik, pendapatan juga lungsur 6,27 persen.
Dwimawan Heru, Corporate Communication & Community Development Group Head Jasa Marga, mengatakan bahwa jalan tol layang Japek II diperkirakan bisa beroperasi secara fungsional pada masa libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.
"Diharapkan gangguan perjalanan pada jalan tol berkurang sehingga secara bertahap lalu lintas di jalan tol Jakarta—Cikampek akan mengalami recovery," jelasnya kepada Bisnis, pekan lalu.
Menurut Dwimawan, PT Jasarmaga Jalanlayang Cikampek (JJC), anak usaha Jasa Marga dan Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, tengah dalam tahap pembahasan terkait dengan mekanisme pengoperasian jalan tol layang Japek II.
Baca Juga
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit mengatakan bahwa jalan tol Japek layang dibangun untuk menambah kapasitas jaringan seiring dengan kepadatan yang terjadi di jalan tol Japek. Nisbah volume dan kapasitas atau volume/capacity (VC ratio) di jalan tol yang sudah beroperasi sejak 1986 itu mencapai 1,4, melampaui ambang batas normal 0,8.
Danang menuturkan bahwa BPJT tengah merumuskan formula untuk menetapkan tarif jalan tol layang Japek II.
Dia mengakui bahwa perumusan tarif jalan tol Japek Layang cukup pelik karena perbedaan biaya investasi yang mencolok. Jalan tol layang Japek II dibangun dengan biaya investasi Rp16,23 triliun sehingga tarif per kilometer di atas Rp1.000, sedangkan tarif per kilometer jalan tol Japek hanya Rp208.
"Kemungkinan besar akan rebalancing kira-kira 30 persen [tarif tol] yang di atas [Japek layang] turun, sedangkan yang di bawah [Japek tapak] akan naik 30 persen. Namun, ini belum final, kami masih akan melakukan berbagai simulasi dan survei untuk melihat seberapa besar reaksi masyarakat," tuturnya.