Bisnis.com, JAKARTA — Menawarkan pemandangan alam yang luar biasa indah, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, NTT makin menarik perhatian pengembang untuk ikut mengembangkan kawasan pariwisata di sana.
Berdasarkan laporan JLL Asia, sebagai salah satu daerah yang masuk dalam daftar 10 Bali Baru, Labuan Bajo berlokasi di barat NTT, tepatnya di Pulau Flores, Labuan Bajo terkenal dengan keunikan pantai pasir merah mudanya dan pemandangan kala matahari tenggelam yang cantik.
Selain itu, Labuan Bajo juga terkenal dengan Taman Nasional Komodo, sebagai taman yang didapuk United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai situs warisan dunia pada 1991.
“Di sana, kegiatan menarik lainnya untuk wisatawan selain pantai pasir merah muda, ada juga diving, dan snorkeling karena lautnya yang bening, serta trekking ke Pulau Padar,” ungkap Tay Sze Min, Associate Research JLL Asia melalui laporannya dikutip Bisnis, Kamis (10/10/2019).
Adapun, berdasarkan laporan dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup pada 2018, sudah ada lebih dari 10.000 kunjungan per bulan ke Taman Nasional Komodo.
Adapun, 95 persen di antaranya masih berasal dari wisatawan mancanegara. “Namun, untuk menjaga kestabilan ekosistem taman tersebut, memang pemerintah setempat juga sudah mulai mengurangi jumlah kunjungan wisatawan di sana,” sambung Min.
Baca Juga
Labuan Bajo saat ini sudah dapat diakses melalui Bandar Udara Komodo atau yang sebelumnya bernama Mutiara II.
Adapun, pada Maret 2019, ada sekitar 99 penerbangan langsung ke Labuan Bajo, dari Jakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, Bajawa, Ende, Maumere, and Kupang.
Sebagai upaya pemerintah untuk mengembangkan Labuan Bajo sebagai salah satu dari 10 Bali Baru, pengembangan Bandara Komodo sebagai salah satu fasilitas yang menyediakan akses langsung ke Labuan Bajo, kini menjadi prioritas utama.
“Pada 2018, Kementerian Perhubungan sudah mengajukan tender untuk pengembangan dan pengoperasian Bandara Komodo senilai Rp3 triliun,” kata Min.
Adapun, terdapat sejumlah kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) di Labuan Bajo untuk pengembangan konstruksi, operasi, dan fasilitas, serta pemeliharaan bandara tersebut.
Lebih kurang, 20 investor sudah masuk dan mendaftarkan diri, tetapi mayoritas berasal dari perusahaan asing.
Min menjelaskan bahwa dengan makin terbukanya kemudahan-kemudahan untuk mengunjungi lokasi wisata Labuan Bajo, diperkirakan ke depan makin banyak permintaan kunjungan dari wisatawan. Hal ini juga kemudian membuka kesempatan bagi pengembang untuk membangun di Labuan Bajo.
“Untuk mengantisipasi permintaan pada masa mendatang, ada beberapa hotel yang sudah buka seperti Ayanan Komodo Resort dengan 205 unit kamar dan Sudamala Resort Seraya sebanyak 25 unit kamar,” ungkap Min.