Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan kinerja ekspor karet dan barang dari karet dinilai terkait erat dengan kinerja pertumbuhan ekonomi global, khususnya Jepang dan China.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane mengatakan problem penyakit pada tanaman karet memang masih menjadi kendala bagi sektot tersebut. Kinerja eskpor karet dan barang karet pun diperkirakan masih akan melandai pada kuartal IV/2019.
Menurutnya, faktor lain yang memengaruhi kinerja ekspor itu adalah penurunan kinerja ekonomi global. Dia mengatakan kinerja manufaktur Jepang terkoreksi sangat signifikan, yakni hingga 1,2%, sehingga memengaruhi permintaan bahan baku untuk produksi otomotif.
"China juga turun, pertumbuhan ekonominya paling hanya 5%. Artinya, belum ada permintaan yang tumbuh signifikan, bahkan sebaliknya ada potensi resesi," katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Azis, yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI), mengakui dalam jangka waktu pendek tidak akan ada potensi untuk perubahan kinerja ekspor pada kuartal IV/2019. Apalagi pemerintah Indonesia baru akan menetapkan kabinet baru pada bulan ini.
Kendati begitu, dia berharap pemerintah dengan kabinet baru bisa memberikan solusi jangka panjang bagi pengembangan sektor karet.
"Kami minta penghapusan PPN10% dan belum direalisasikan. Selain itu harga gas yang belum sesuai ketetapan presiden. Komponen gas untuk biaya produksi ban itu mencapai 4% - 6%," ujarnya.
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa pada Januari - Agustus 2019 nilai ekspor karet dan barang dari karet mencapai US$4,13 miliar. Realisasi itu menurun sekitar 6,25% sebab pada periode yang sama tahun lalu nilai ekspornya mencapai US$4,40 miliar.