Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Investasi pada Subsektor Perkebunan Capai Rp313 Triliun

Sebanyak 514 pelaku usaha menyatakan berminat untuk berinvestasi di subsektor perkebunan dengan nilai investasi mencapai Rp313 triliun. 
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 514 pelaku usaha menyatakan berminat untuk berinvestasi di subsektor perkebunan dengan nilai investasi mencapai Rp313 triliun. 

Secara keseluruhan, peminat investasi di sektor pertanian untuk pemrosesan pada 2020 mencapai nilai Rp426,2 triliun. Besaran tersebut diajukan oleh 1.636 perusahaan baik asing maupun dalam negeri.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono mengemukakan tanaman sawit masih menjadi  komoditas perkebunan dengan peminat terbesar. Jumlahnya mencapai 70 persen dari total peminat. 

Minat pengembangan komoditas sawit disusul dengan tebu sebesar 26 persen, investasi pada komoditas teh sebesar 1 persen, dan 3 persen sisanya pada komoditas lain.

Minat investasi pada komoditas sawit ini disebut Kasdi banyak yang mengarah pada pengembangan penghiliran. Ia menyebutkan mayoritas produk sawit Indonesia yang diekspor Indonesia sejauh ini didominasi oleh minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), sementara industri hilir belum dikelola dengan maksimal meski potensi pengolahan produk turunan lain sangat besar.

"Industri hilir sawit belum ditangani optimal. Dari 70 persen peminat tersebut tidak semuanya dalam konteks hulu. Investasi tak hanya berbasis lahan, yang hilir ada pengolahan bagi yang sudah ada plasmanya. Investasi lebih banyak pada aspek hilir. Potensi olahan sawit sendiri besar, bisa menjadi oleokimia, sabun, bahan-bahan sawit juga bisa menjadi bahan baku pakan ternak," ujar Kasdi di Jakarta, Kamis (19/9/2019).

Meski investasi pada komoditas sawit didominasi pengembangan sektor hilir, Kasdi tak memungkiri jika sektor hulu masih memiliki potensi, khususnya dalam pengadaan benih berkualitas untuk lahan yang potensial untuk peremajaan tanaman usia tua.

"Misalnya, benih untuk replanting yang potensinya 2,4 juta hektare [ha]. Itu kan luas sekali, dalam konteks lahan eksisting masih banyak peluang. Untuk benih replanting, kita bisa bekerja sama," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper