Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja pemasaran alat berat di sejumlah sektor industri dan pengolahan dinilai masih potensial, kendati pada 2019 tertekan seiring dengan melambatnya produksi sektor pertambangan.
Presiden Direktur PT Multicrane Tractors Adrianus Hadiwinata mengatakan secara industri pemasaran alat berat di Indonesia pada 2019 dihadapkan dengan penurunan kinerja batu bara. Kendati tidak signifikan menganggu produksi, kondisi itu membuat pelaku usaha di sektor pertambangan menahan investasinya.
“Tambahan investasi itu yang ditahan, juga karena adanya ketidakpastian regulasi. Dampaknya ke penyediaan alat berat, meski untuk pertambangan lain seperti nikel dan lainnya masih positif,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (18/9/2019).
Adrianus, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI), mengatakan penyerapan alat berat memang masih didominasi oleh sektor pertambangan, yakni sekitar 40% dari total pemasaran alat berat. Sektor konstruksi menyusul dengan kontribusi berkisar 20% - 25%.
Selebihnya, alat berat disebarkan ke berbagai sektor, termasuk perkebunan dan industry kehutanan. Namun, dia mengakui peningkatan penyerapan alat berat di sektor konstruksi dalam beberapa tahun terakhir seiring upaya pemerintah menggenjot infrastruktur belum bisa mengisi sepenuhnya celah yang ditinggalkan sektor pertambangan.
“Konstruksi beberapa tahun terakhir bagus, tapi belum bisa take over pengurangan di pertambangan,” ujarnya.
Kendati begitu, Adrianus menilai ke depan semua sektor industri itu masih potensial untuk menyerap produk alat berat. Pasalnya, kebutuhan akan peremajaan sarana itu mesti direalisasikan pelaku usaha industri, meski produksinya menurun.
Peremajaan alat berat, katanya, menjadi keharusan bagi pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
“Kalau dilihat dari potensi, semua sektor masih potensial,” jelasnya.
PT Multicrane Tractors, kata Andrianus, pada tahun ini memperkirakan pertumbuhan pemasaran di kisaran 5% - 15%. Proyeksi itu diakuinya menurun dari realisasi pertumbuhan penjualan yang berkisar antara 15% – 25% setiap tahun sejak perusahaan beroperasi pada 2012.
Dia menjelaskan pihaknya sejauh ini masih dominan memasarkan produk ke sektor konstruksi, yakni lebih dari 50%. Sektor pertambangan berada di urutan berikutnya dengan kontribusi sekitar 30% dari total pemasaran.
“Sejak awal kami memang fokusnya ke konstruksi, teruma infrastruktur. Tambang baru mulai sejak beberapa tahun terakhir, selebihnya di lain-lain, termasuk migas dan logistik.”
Sementara itu, Direktur PT Multicrane Tractors Frankie Makaminang juga mengakui bahwa potensi pasar alat berat masih potensial di semua sektor.
“Walau komodistas turun sejak tahun lalu hingga semester I/2019, pasar masih besar,” ujarnya.
Distributor alat berat untuk sejumlah sektor industri ini pun optimistis masih mampu memacu pemasaran hingga melampaui Rp1 triliun hingga akhir 2019, kendati pada paruh pertama cenderung melambat.