Bisnis.com, JAKARTA — PT Cirebon Electric Power menyatakan rencana pengembangan unit tambahan di PLTU Cirebon masih menyesuaikan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019 - 2028.
Adapun saat ini, Cirebon Power baru mengembangkan dua unit PLTU, yakni PLTU Cirebon 1 660 megawatt (MW) yang telah beroperasi komersial commercial operation date (COD) sejak 2012 dan PLTU Cirebon 2 berkapasitas 1.000 MW progres pembangunannya telah mencapai 61 persen dengan target mulai beroperasi pada 2022.
Head of Communication Cirebon Power Yuda R. Panjaitan mengatakan PLTU Cirebon 2 merupakan bagian dari megaproyek 35.000 MW. Perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement/PPA) telah diteken sejak 2015 dan mencapai financial close pada 2017.
"Saat ini, Cirebon Power memiliki PLTU berkapasitas 660MW dan sedang membangun pembangkit kedua berkapasitas 1.000 MW. Keduanya menggunakan clean coal technology," katanya kepada Bisnis, Senin (16/9/2019).
PLTU Cirebon 2 menggunakan teknologi batu bara ramah lingkungan dengan teknologi ultra supercritical. Dengan teknologi itu, PLTU Cirebon 2 bisa meningkatkan efisiensi hingga 40 persen untuk membakar batubara kalori 4.000-4.600 kcal/kg.
Nantinya, pembangkit dengan nilai investasi sebesar US$2,1 miliar ini akan membutuhkan sekitar 3,5 juta ton batu bara dalam setahun.
Presiden Direktur Cirebon Power Hisahiro Takeuchi mengatakan hingga saat ini tidak ada kendala yang menghambat pembangunan tersebut. Target COD pembangkit tersebut sesuai dengan RUPTL PLN.
“Semuanya berjalan dengan optimal untuk memenuhi target operasional atau COD pada 2022," tuturnya.