Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah memperkirakan potensi hilirisasi nikel sampai 2024 bisa mencapai US$34 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, saat ini 98% produksi nikel domestik diekspor ke China. Padahal jika diolah sendiri di dalam negeri bisa membantu mendorong penerimaan negara lebih besar.
"Kalau diproduksi dalam negeri dengan listrik bisa lebih murah," ungkap Luhut selepas acara peluncuran buku di Djakarta Theater, Kamis (12/9/2019).
Saat ini, Luhut memprakirakan potensi ekspor nikel sebesar US$10 miliar. Artinya masih tersisa US$24 miliar lagi yang harus dioptimalisasi.
Menurut Luhut, langkah hilirisasi ini bisa mendorong minat investor terhadap investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) di Indonesia, sehingga defisit neraca dagang Indonesia bisa membaik.
Dia menyatakan akan segera mengupayakan investor untuk masuk, salah satunya investor asal China dan juga dari beberapa negara lain.
Tak hanya nikel, Luhut menyatakan bahwa pemerintah juga akan melakukan hilirisasi timah dan bauksit setelah 2024, sehingga kerangka mobil listrik, itu juga nantinya bisa memakai semua komponen dalam negeri dari nikel dan turunannya. Misalnya, ban untuk mobil listrik bisa mengandalkan dari produksi karet dalam negeri. Begitu pula produksi plat dan baterai mobil listrik bisa diproduksi domestik.
"Kita saja yang terkadang mau gampang saja, ekspor raw material. Musti ada pengorbanan sedikit, setelah beberapa tahun akan ada nilai tambah," paparnya.
Luhut memprakirakan untuk perkiraan investasi hilirisasi bauksit belum ada kajian lebih lanjut. Namun dia memprakirakan nilai investasi hilirisasi bauksit kemungkinan besar di atas dua digit.