Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) memanfaatkan pendanaan dari bank asing untuk membiayai sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga air.
Manager Sub Bidang Hidro PLN Dony Cahya memerinci saat ini ada dua bank yang mendanai proyek pembangkit listrik tenaga air, yakni KfW Bank dari Jerman dan AFD Bank dari Prancis. Adapun KfW Bank mendanai lima proyek pembangkit dengan total kapasitas sesuai RUPTL sebesar 160,4 MW.
Secara rinci proyek tersebut, yakni pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakaru II berkapasitas 140 MW dan REEP II yang terdiri dari proyek PLTA Watunohu di Sulawesi Utara berkapasitas 15,8 MW, pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) Lapai 1 di Sulawesi Utara berkapasitas 1 MW, PLTM Riorita di Sulawesi Utara 1 MW, dan PLTM Kalibumi di Papua 2,6 MW.
Sementara itu, AFD Bank membiayai studi kelayakan dua proyek, yakni PLTM Indonesia Timur dan PLTA Masang II di Sumatera Barat.
Menurutnya, mendapat pendanaan untuk proyek pembangkit tenaga air memang lebih mudah meskipun perlu melakukan review sekitar 1 hingga 2 tahun untuk melakukan pembaruan studi kelayakan.
"Selama ini kalau untuk memproses itu [pendanaan ke bank asing] memang mungkin lebih cepat untuk mendapat dana," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Menurutnya, investasi pembangkit tenaga air memang paling maju di Indonesia dibandingkan proyek energi baru terbarukan (EBT) lainnya. Hal tersebut karena didukung oleh potensi air yang cukup besar.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi PLTA di Indonesia mencapai 24.337 MW. Sementara itu, berdasarkan data PLN, bauran energi baru terbarukan untuk pembangkitan hingga Mei 2019 telah mencapai 13,42 persen dengan porsi terbesar berada pada energi air.