Bisnis.com, DENPASAR -- Neraca perdagangan jasa yang defisit pada kuartal II/2019 disebabkan oleh menurunnya surplus jasa perjalanan.
Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Kuartal II/2019, neraca perdagangan jasa mengalami defisit US$2,0 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yakni US$1,9 miliar. Pasalnya, peningkatan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya surplus jasa perjalanan.
"Surplus neraca perjalanan pada kuartal ini tercatat US$0,8 miliar. Menurun dibandingkan dengan surplus pada kuartal sebelumnya US$1,4 miliar," tulisnya dikutip Bisnis.com, Kamis (29/8/2019).
Laporan ini menyebutkan penurunan surplus neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi oleh penurunan penerimaan jasa perjalanan -11,0% (q-t-q) dan kenaikan pembayaran (impor) jasa perjalanan sebesar 8,5% (q-t-q).
Pembayaran jasa perjalanan tercatat sebesar US$2,2 miliar pada kuartal II/2019. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran kuartal sebelumnya sebesar US$2,0 miliar.
Peningkatan pembayaran disebabkan oleh lebih tingginya jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri yakni 2,57 juta kunjungan pada kuartal I/2019 menjadi 2,63 juta kunjungan.
Di lain pihak, penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara adalah US$3,0 miliar lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I/2019 sebesar US$3,4 miliar. Angka ini berbanding lurus dengan pola pengeluaran wisman lebih rendah pada kuartal sebelumnya.
Adapun jumlah wisman ke Indonesia selama periode laporan mencatat 3,13 juta kunjungan, lebih tinggi dibandingkan dengan 2,97 juta kunjungan pada kuartal sebelumnya. Wisman asal China, Singapura, dan Australia merupakan kelompok wisman terbanyak ke Indonesia sepanjang periode kuartal II/2019.