Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan pendapatan per kapita bisa naik dari posisi US$3,92 tahun 2018 menjadi US$6,16 per kapita pada 2024 guna mendorong konsumsi menyentuh 5,29%.
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024, target pendapatan masyarakat yang meningkat tercermin dari ekspansi perekonomian domestik yang menciptakan 9 juta lapangan kerja sepanjang 2015-2018.
Imbasnya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun menjadi 5,34% pada 2018 dari sebelumnya 5,94% pada 2014. Selain itu, PDB per kapita pada 2014 sebesar US$3,53 naik menjadi US$3,93 pada 2018. Pencapaian ini membuat Indonesia berada pada taraf ambang batas negara berpendapatan menengah-tinggi.
Upaya memperkuat permintaan domestik melalui konsumsi rumah tangga dan LNPRT sepanjang 2020-2024 juga diharapkan bisa menyentuh kisaran 5,16% sampai 5,29%.
Dokumen tersebut juga menyatakan kenaikan pendapatan akan diwujudkan melalui sejumlah langkah strategis. Pertama, melalui revitalisasi industri pengolahan. Kedua, mendorong modernisasi pertanian. Ketiga, hilirisasi pertambangan. Keempat, pembangunan infrastruktur, dan transformasi sektor jasa.
Selain rumah tangga dan LNPRT, konsumsi pemerintah yang saat ini masih rata-rata 3% akan diperkuat dalam 5 tahun ke depan.
RPJMN 2020--2024 juga mencatatkan belanja pemerintah sebesar 9,9% sampai 10,3% dari PDB. Untuk Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam 5 tahun ke depan berada pada kisaran 6,0% sampai 6,5%.
Sementara itu, untuk investasi melalui belanja modal diprakirakan 1,9% sampai 2,4% dari PDB sampai 5 tahun ke depan.
Dikutip dari RAPBN 2020, fokus belanja pemerintah pusat tahun depan antara lain; untuk SDM berkualitas, penguatan program perlindungan sosial, akselerasi pembangunan infrastruktur, birokrasi yang efisien dan bebas korupsi, serta antisipasi ketidakpastian.
Sejumlah prioritas tersebut mendorong pemerintah merencanakan belanja kementerian dan lembaga tahun depan sebesar Rp884,6 triliun dan belanja non kementerian atau lembaga sebesar Rp785,4 triliun.