Bisnis.com, JAKARTA--PT Angkasa Pura II (Persero) akan membahas secara internal mengenai upaya perseroan untuk mencapai target pergerakan penumpang dan pesawat pada akhir 2019.
Direktur Utama Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin menyatakan belum bisa memberikan penjelasan mengenai strategi perseroan untuk menggenjot kinerja untuk mencapai target akhir tahun. Terlebih, hingga semester I/2019 jumlah penumpang turun 21 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2018.
"Sedang dalam pembahasan," kata Awaluddin, Rabu (21/8/2019).
Hingga akhir tahun ini, AP II menargetkan mampu melayani sebanyak 118 juta penumpang. Adapun, sejalan dengan hal tersebut, pendapatan yang diperoleh diharapkan bisa mencapai Rp11,2 triliun.
Kendati demikian Direktur Teknik dan Operasi AP II Djoko Murjatmodjo optimistis kondisi penurunan jumlah penumpang seperti yang dialami pada paruh pertama 2019 tidak akan berlanjut.
Pada Semester II/2019 pertumbuhan bisa meningkat seiring dengan penambahan kapasitas yang terus dilakukan oleh perseroan.
"Investasi tetap kami lakukan yang bersifat penambahan kapasitas terminal penumpang, seperti di Pekanbaru [Bandara Sultan Syarif Kasim II], Jambi [Bandara Sultan Thaha], dan revitalisasi Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta," ujarnya.
Di sisi lain, AP II diketahui sedang mengerjakan Airport Digital Business Project List yang terdiri atas airport e-commerce, airport community, airport e-payment, dan airport e-advertising. Langkah tersebut sebagai upaya menjaga tingkat pendapatan di tengah penurunan jumlah penumpang, yang selama ini menjadi tulang punggung perseroan.
Pada tahun lalu, optimalisasi platform digital ini mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp3,05 miliar. Adapun, kontribusi terbesar disumbangkan oleh portofolio airport e-payment sebesar Rp1,79 miliar.
Realisasi total pendapatan usaha dari laporan keuangan 2018 mencapai Rp9,48 triliun. Dari nominal tersebut, komposisi pendapatan non-aeronautika hanya 36,6% atau Rp3,47 triliun, sehingga sebagian besar masih bertumpu pada pendapatan aeronautika yang mencapai Rp6 triliun.