Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menyatakan produksi cairan vape dan nilai cukai menurun belakangan ini lantaran konsumsi yang cenderung turun.
Hal itu terjadi karena sebagian konsumen belakangan menyukai alat vape yang lebih kecil atau pod ketimbang mod alias alat yang lebih besar.
Cairan untuk mod dipasarkan dalam botol 60 ml—100 ml, sedangkan untuk pod dalam botol berukuran 15 ml—30 ml. Harga jual eceran (HJE) cairan dalam botol 60 ml adalah Rp40.000, sedangkan botol 30 ml memiliki HJE Rp20.000.
Ketua Bidang Organisasi APVI Garindra Kartasasmita mengatakan pengeluaran cukai pun akhirnya cenderung menurun karena cukai mengacu pada HJE. Di samping itu, walau cairan untuk pod per botolnya meningkat, volume produksi cairan vape secara konsolidasi cenderung menurun.
Asosiasi akan merevisi target produksi yang telah ditetapkan pada awal tahun ini yakni 1,9 juta liter.
“Karena tren volumenya menurun, tapi untuk penambahan pengguna jelas meningkat. Kami sebetulnya tidak berpatokan pada liter, tapi lebuh ke jumlah pengguna dan botol,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (20/8/2019).
Garindra sebelumnya menargetkan akan ada penambahan pengguna sekitar 1 juta orang. Adapun, 800.000 di antaranya merupakan pengguna pod. Menurutnya, produksi cairan vape per botol meningkat sekitar 30% pada kuartal III/2019 secara tahunan.
Menurutnya, pertumbuhan penjualan pod disebabkan oleh harga yang lebih murah dan lebih nyaman digunakan di ruang publik. Pasalnya, kandungan vegetable glycerin dalam cairan pod lebih sedikit membuat asap yang dihasilkan cepat terurai. Selain itu, kandungan nikotin yang tinggi karena kandungan salt nicotine membuat sensasi yang dihasilkan mirip dengan merokok.