Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah dalam RAPBN 2020 masih mencatatkan keseimbangan primer masih negatif sehingga perlu diperbaiki.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini menyatakan, APBN selama bertahun-tahun punya masalah dalam hal pendapatan dan masalah dalam pengeluaran.
Adapun defisit keseimbangan primer Rp142,5 triliun pada 2015 menjadi Rp34,7 triliun pada 2019, dan RAPBN 2020 mencatat defisit keseimbangan primer Rp12,0 triliun.
"Kita sekarang baru beberapa tahun alami keseimbangan primer negatif itu perkara berat dan prinsip. Ini perkara utama," jelas Didik di Kantor Indef, Senin (19/8/2019).
Dia merincikan keseimbangan primer negatif menjelaskan bahwa di luar utang, penerimaan pemerintah Indonesia tidak cukup untuk memenuhi keperluan belanja.
"Maka kita harus menutup defisit, karena itu sudah terjadi secara terus menerus," ujar Didik.
Pemerintah juga masih berutang untuk memenuhi target. Dia menyebut ini adalah problem yang berat.
Bisnis.com mencatat, defisit anggaran terhadap PDB pada 2015 tercatat 2,59%, pada 2019 menjadi 1,93. Sementara itu dalam RAPBN 2020 defisit anggaran menjadi 1,76%.
"Target yg dijanjikan 2016-2017 hanya satu yang dicapai itu sudah defisit," paparnya.