Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan peran golongan bahan baku atau penolong pada total impor Juli 2019 mencapai 72,65%.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjabarkan, nilai impor barang bahan baku atau penolong pada Juli mencapai US$11,27 miliar. Nilai impor ini terbesar dalam postur impor Juli 2019 sebesar US$15,51%.
Untuk impor barang konsumsi pada Juli 2019 tercatat US$1,46 miliar, sedangkan untuk barang modal tercatat US$2,78 miliar.
Secara perubahan terhadap Juni 2019 (m-t-m), impor bahan baku atau penolong ini tercatat 29,01%, untuk impor bahan baku berubah US$42,15%, sedangkan perubahan untuk barang modal sangat besar yakni 60,73%.
Dibandingkan dengan Juli 2018, atau secara (y-o-y), impor barang bahan baku sebenarnya menurun 17,76%, untuk barang konsumsi turun 14,49%, untuk barang modal turun tipis 3,52%.
Adapun peningkatan dan penurunan impor menurut Suhariyanto terjadi di beberapa negara.
Kenaikan terbesar berada di China sebesar US$1,5 miliar. Disusul impor ke Jepang US$251,4 juta, dan ke Italia sebesar US$231,3 juta.
Penurunan impor terbesar ada di Australia sebesar US$31,5 juta, disusul Finlandia turun sebesar US$23,9 juta, dan Ghana turun US$14,1 juta.
Secara akumulatif Januari 2019 sampai Juni 2019, share impor nonmigas terbesar adalah untuk mesin-mesin pesawat atau mekanik sebesar US$15,22 miliar atau naik 17,90%.
Berikutnya adalah mesin atau peralatan listrik sebesar US$10,92 miliar atau naik 12,84%.
Untuk peranan golongan bahan baku atau penolong pada total impor Januari 2019-Juli 2019 adalah 74,58%. Adapun barang modal 16,32% dan barang konsumsi 9,10%.