Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga LNG Turun, Penyesuaian Produksi Perlu Diperhitungkan

Rendahnya harga jual gas alam cair perlu segera diantisipasi supaya kegiatan produksi gas bumi nasional di sektor hulu tidak terganggu.
Liquefied Natural Gas (LNG)./Istimewa
Liquefied Natural Gas (LNG)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Rendahnya harga jual gas alam cair perlu segera diantisipasi supaya kegiatan produksi gas bumi nasional di sektor hulu tidak terganggu.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan harga jual gas alam cair  (liquefied natural gas/LNG) yang rendah berdampak langsung terhadap volume produksi. Melihat kondisi ini, SKK Migas menyarankan kontraktor kontrak kerja sama mencari solusi tepat untuk mengantisipasi hal tersebut.

"Kita harus cari optimumnya. Kapan dilepas, kapan kita tahan dulu [kargo LNG]," ujarnya, baru-baru ini.

Sejauh ini, belum ada rencana dari KKKS untuk mengurangi produksi. Menurut Dwi antisipasi yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan mengatur waktu jual beli.

"Apakah kargonya di-stress atau ditender normal. Tentu kalau ada curtailment kan bisa merugikan, tapi kalau harga terlalu murah juga rugi kalau dilepas," ujarnya.

Kendati bisa berdampak terhadap produksi, Dwi menilai melemahnya harga pasar LNG membuka peluang bagi industri petrokimia untuk menyerap hasil produksi. Menurutnya, sekarang waktu yang cukup tepat bagi pelaku industri petrokimia untuk ikut berinvestasi di pasar LNG. 

Dia menambahkan untuk kelebihan pasokan LNG hanya terjadi di Kilang Bontang dan tidak terjadi di Kilang Tangguh. "Hanya di Bontang dua bulan yang lalu. Mudah-mudahan Agustus ini normal," ujarnya.

Analis Utama Wood Mackenzie Asti Asra memprediksi permintaan LNG dari wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara akan tumbuh lima kali lipat mencapai 236 juta ton per tahun (MMTPA) pada 2040.

"Dua pasar utama India dan Indonesia, dengan masing-masing permintaan 63 MMTPA dan 43 MMTPA pada 2040," katanya, dalam keterangan tertulis.

Khusus Indonesia, permintaannya akan lebih banyak didorong oleh proyek pembangkit listrik. Menurutnya, peluang terbuka melalui pengembangan terminal regasifikasi, tetapi masih ada ketidakpastian apabila melihat konektivitas sektor hilirnya.

"Untuk Indonesia, impor LNG akan diperlukan pada 2030-an yang berarti dalam waktu dekat Pertamina perlu mengelola berbagai komitmen pembeliannya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper