Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terus mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi global, terutama setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,3% menjadi 3,2%.
Mereka akan terus menyiapkan berbagai langkah supaya dinamika global tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian domestik.
Apalagi, pemerintah juga berkeyakinan bahwa dengan sinyal positif dari sisi domestik yang dimulai dari tingkat suku bunga yang makin kompetitif dan stabilitas politik yang mulai terjaga akan menjadi modal bagi pemerintah untuk menjaga asa di semester II/2019.
“Semua institusi akan mengeluarkan proyeksi berdasarkan model mereka. Kami akan melihat secara keseluruhan yang disampaikan [oleh] mereka,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Pemerintah, lanjut bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, akan terus memantau perkembangan yang sedang berlangsung. Jika kondisi global masih belum menunjukan perbaikan, otoritas fiskal akan mengharapkan faktor domestik memberikan kontribusi yang lebih positif dibandingkan dengan semester I/2019.
Adapun faktor domestik tersebut menurut Sri Mulyani mencakup konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah yang dia prediksi akan terus berjalan sesuai ekspektasi.
Hanya saja, soal investasi dan ekspor, menjadi dua hal yang akan terus dipantau karena realisasinya pada semester I/2019 menunjukan pelambatan.
Baca Juga
Seperti yang tercatat dalam laporan semester I APBN 2019, investasi di Indonesia hanya tumbuh 5,3% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana investasi berhasil tumbuh 6,9% (yoy).
Lebih lanjut, ekspor mengalami kontraksi sebesar -0,7% (yoy). Padahal, pada semester I/2018 Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 6,8% (yoy).
Sementara itu berdasarkan outlook pertumbuhan ekonomi yang terlampir dalam laporan semester I APBN 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2019 diharapkan mencapai 5,2% (yoy).
Investasi pada semester II diproyeksikan tumbuh 6,1% (yoy) sehingga pada akhir tahun dapat mencapai 5,7% (yoy).
Pertumbuhan ekspor pada semester II juga diproyeksikan tumbuh 2,5% (yoy) sehingga pada akhir tahun diprediksi berada di angka 0,9% (yoy). “Intinya kami tidak ada perbedaan dengan yang kemarin di DPR,” tukasnya.