Bisnis.com, JAKARTA—Badan Perencanaan Pembangunan Nasional diminta lebih realistis dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2025 mengenai kapasitas produksi batu bara.
Direktur Teknik dan Lingkungan Dirjen Minerba Kementerian ESDM Sri Rahardjo mengakui selama ini, kapasitas produksi batu bara yang tertuang dalam RPJMN tidak sesuai dengan data di lapangan. Akibatnya, selama dua tahun terakhir, rencana produksi batu bara selalu lebih tinggi dari yang tertuang dalam RPJMN maupun Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Adapun rencana produksi yang disusun selama ini oleh Kementerian ESDM berdasarkan studi kelayakan masing-masing perusahaan. Dalam perkembangannya, sejumlah perusahaan yang melakukan eksplorasi telah meningkatkan statusnya dengan melakukan produksi yang menjadikan meningkat pula target produksi.
“Ke depan, RPJMN agar lebih realistis. Saya tidak bilang asal-asalan, saya pikir mesti lebih realistis. Pas dulu yang kita usulkan sesuai dengan kapasitas produksi, tetapi angka yang keluar beda lagi,” katanya, belum lama ini.
Berdasarkan data Dirjen Minerba Kementerian ESDM, produksi batu bara selama 2018 mencapai 557,77 juta ton atau mencapai 115 persen dari target
Dia memerinci pengguna batu bara terbesar di dalam negeri adalah untuk pembangkitan dengan porsi sekitar 50 persen sampai 60 persen. Saat ini, sejumlah industri lain seperti semen juga mulai menyerap hasil produksi batu bara dalam negeri.
Baca Juga
“Dua tahun terakhir, data rencana produksi lebih tinggi dari RPJMN dan RUEN karena disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri dan ekspor,” katanya.