Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (Astruli) mendesak pemerintah untuk menerbitkan kebijakan yang mendukung industri hilir rumput laut.
Ketua Astruli Mc Donny W Nagasan mengatakan kebijakan tersebut salah satunya adalah insentif terkait pemanfaatan gas. Menurutnya, rentang antara batas minimum dan maksimum dalam kontrak pemanfaatan gas terlalu sempit.
Industri pun akan dikenai biaya tambahan apabila penggunaan gas melewati batas maksimum yang ditentukan.
“Jika penggunaan di atas batas maksimum, harga gas akan dikenakan surcharge dua kali lipat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (17/7/2019).
Dengan kondisi tersebut, industri harus mengeluarkan ongkos produksi yang jauh lebih tinggi ketika pesanan meningkat. Hal ini akan membebani harga pokok produksi yang berdampak pada kurang kompetitifnya harga produk olahan rumput laut dari Indonesia.
Hal lain yang menurutnya menjadi tantangan adalah tagihan biaya penggunaan gas yang masih dalam mata uang dolar Amerika Serikat.
Baca Juga
Dia melanjutkan tingginya biaya energi pun diperparah dengan meningkatnya harga rumput laut kering yang menjadi bahan baku. Bahkan kenaikannya terjadi hingga dua kali lipat.
“Hal ini menyebabkan industri tidak bisa dengan cepat melayani calon pembeli [ekspor] karena tidak adanya stok yang memadai,” tambahnya.